White Swan Online Store

Sabtu, 31 Januari 2009

Pajak Benih Kakayaan

Ayo, Ramai-Ramai Bayar PBK: Pajak yang Menguntungkan
PBK? Pajak apalagi ini? Apakah ini merupakan jenis pajak baru yang ditetapkan oleh pemerintah? Bukankah pajak-pajak yang selama ini ada sudah cukup memusingkan kita? Mengapa ada pajak baru lagi yang harus kita bayar? Jangan marah dulu.

Pajak yang satu ini lain daripada yang lain. PBK merupakan pajak yang “menguntungkan” bagi si pembayar pajak. Mengapa bisa demikian? Simak yang berikut.

Apakah PBK Itu?
PBK adalah singkatan dari Pajak Benih Kekayaan. Pajak ini adalah pajak yang perlu dibayar oleh setiap orang yang ingin hidup sejahtera dan memiliki masa depan yang indah. Dr. David J. Schwartz dalam bukunya Berpikir dan Menjadi Sukses menuliskan bahwa orang kaya menjadi kaya karena membuat sebagian uangnya bekerja sehingga menghasilkan uang lebih banyak lagi. Bagaimana caranya? Dengan menyisihkan sebagian dari penghasilan kotornya untuk membangun masa depan yang indah.

Berapa besar PBK?
Berapa besar PBK yang harus disisihkan? Schwartz mengusulkan untuk menyisihkan 10% – 15% dari penghasilan kotor kita. Jadi seandainya penghasilan kita per bulan adalah Rp 5 juta, maka kita perlu menyisihkan Rp 500 ribu sebagai PBK. Jumlah ini merupakan jumlah minimum yang wajib dibayar per bulan untuk menjamin keuntungan di masa depan. Semakin besar tentunya akan semakin baik, tetapi tentunya harus disesuaikan dengan sikon (situasi dan kondisi) masing-masing orang. Namun, apa pun situasi dan kondisi yang kita hadapi, jumlah ini sebaiknya tidak dipotong lagi, misalnya karena kita ingin membeli mobil yang lebih baru, maka jumlah ini untuk sementara ditiadakan, atau kita ingin membeli baju baru maka, PBK bulan ini tidak dibayarkan, atau hanya dibayarkan sebagian saja.

Ke mana membayar PBK?
PBK merupakan benih untuk menumbuhkan pohon uang. Jadi, PBK perlu ditanamkan dan dipupuk untuk menghasilkan uang yang lebih banyak lagi. Ke mana kita harus menanamkannya? Banyak pilihan yang bisa kita pertimbangkan, antara lain: tabungan atau deposito di Bank, investasi dalam saham atau obligasi, investasi dalam real estate, investasi dalam pembelian asuransi ataupun investasi dalam sebuah kegiatan bisnis. Apa pun jenis investasi yang kita pilih, pastikan bahwa investasi tersebut bisa “menghasilkan” uang yang lebih banyak di masa depan. Yang penting, usahakan selalu ada PBK yang ditanamkan setiap bulannya.

Mengapa PBK Perlu Dibayar?
Mengapa PBK perlu dibayar? Apakah ini bisa menjamin masa depan yang sejahtera? Ada banyak jalan menuju Roma, ada banyak cara menuju masa depan yang sejahtera. Salah satunya yang telah dilakukan oleh “orang-orang kaya” sehingga membuat mereka menjadi lebih kaya lagi adalah membayar PBK.
Kemiskinan pangkal penderitaan. Banyak orang beranggapan bahwa “Money is the root of all evil (uang adalah akar dari segala kejahatan)”. Memang “uang” bisa membuat orang mabuk kepayang, sehingga lupa daratan dan melakukan berbagai kejahatan. Tetapi sebenarnya bukan “uang”nya yang salah, tetapi yang salah adalah orang di balik uang tersebut. Biasanya orang yang kekurangan uang untuk memenuhi kebutuhannya bersedia melakukan apa pun, termasuk kejahatan untuk mendapatkan uang. Kondisi “kekurangan uang” inilah yang memicu terjadinya kejahatan dan penderitaan. Tentunya kita tidak ingin menghabiskan sisa hidup dalam penderitaan, ataupun di balik bui. Untuk itulah, kita perlu membayar PBK secara teratur.

Kaya pangkal sejahtera.
Banyak aktor, aktris, seniman, olahragawan, presenter televisi, entertainer yang telah mencapai kekayaan luar biasa pada puncak kejayaan, ternyata harus hidup merana di masa tuanya. Mereka yang pernah hidup jaya dengan kekayaan melimpah harus hidup menderita menjelang masa tuanya. Mengapa demikian? Karena ketika mereka masih jaya, mereka tidak membayarkan PBK yang merupakan benih kekayaan masa depan. Mereka menghabiskan semua kekayaannya tanpa menyisihkan sebagian yang dapat ditanamkan untuk memberikan rasa aman di masa depan. Tentunya kita tidak mau berakhir seperti mereka: hidup miskin, tanpa adanya kebebasan keuangan, kesejahteraan dan kenyamanan. Jadi mulailah membayar PBK.

Semua orang bisa kaya.
Beberapa orang memang ditakdirkan untuk hidup dalam kelimpahan. Beberapa orang memang disuratkan untuk menjadi orang yang selalu beruntung. Ini merupakan kata-kata yang diucapkan oleh orang-orang yang menganggap dirinya kurang beruntung, atau hidupnya tidak dalam kelimpahan. Kenyataan, survey membuktikan bahwa banyak orang kaya yang berasal dari orang yang miskin. Banyak orang yang “beruntung” yang awalnya adalah orang yang kelihatannya kurang beruntung. Jadi, pada prinsipnya semua orang bisa menjadi kaya, asalkan mau secara disipilin menyisihkan penghasilannya untuk ditanamkan menjadi benih untuk menumbuhkan kekayaan di masa depan.

Bagaimana PBK Dapat Memberikan Hasil Optimal ?
Okay, jadi kita sudah sadar bahwa PBK memang perlu dibayarkan. Lalu, bagaimana caranya? Untuk mencukupi hidup sebulan saja, rasanya sudah sulit, apalagi harus menyisihkan sebagian uang (yang menurut kita masih kurang) untuk membayarkan PBK? Simak strategi Dr. David J Schwartz berikut.

Komitmen.
Lokasi, lokasi, lokasi. Ini merupakan prinsip bisnis yang sering kita dengar didengungkan dan diterapkan banyak orang. Lalu bagaimana dengan pembayaran PBK? Jawabannya adalah: Komitmen, komitmen, komitmen. Ya, tanpa komitmen, PBK akan sulit dibayarkan, dan lenyaplah kesempatan bagi kita untuk menikmati masa depan yang sejahtera. Setiap orang yang ingin menjadi kaya, perlu mempunyai komitmen diri untuk menanamkan benih kekayaan tersebut secara teratur. Jadi, miliki komitmen. Ini merupakan kunci dasar yang dapat membuka kesempatan untuk meraih kesejahteraan di masa depan.

Disiplin diri.
Komitmen akan lebih mudah dijalankan jika kita memiliki disiplin diri. Disiplin bisa dibiasakan, atau dijadikan kebiasaan. Memang perlu perjuangan, tetapi di mana ada kemauan pasti di situ ada jalan. Pada mulanya mungkin akan terasa agak berat, apalagi dengan banyaknya godaan (hujan iklan yang menggiurkan, tawaran pembelian mudah dengan kredit, rasa diri yang perlu dipermak dengan tampilan yang “wah”) untuk membuat kita mengeluarkan uang yang sebenarnya tidak perlu dikeluarkan. Jika kita bisa membayar pajak penghasilan, pajak penjualan dan pajak-pajak lainnya yang diwajibkan oleh pemerintah, maka kita juga seharusnya bisa membayar pajak PBK.
Perlakukan PBK sebagai pajak yang memang wajib dibayar, seperti pajak-pajak lain yang diwajibkan pemerintah tersebut. Secara otomatis, sisihkan penghasilan kotor kita tiap bulan untuk PBK, dan segera masukkan ke “deposito masa depan”, apa pun itu bentuknya (tabungan, deposito, asuransi, investasi saham, real estate, dsb.).

Hidup cukup. Selain komitmen dan disiplin, kita perlu belajar untuk hidup “cukup”, tidak berlebihan. Ini bukan berarti kita harus hidup ‘menderita’ demi kesejahteraan masa depan, sehingga memilih hidup dengan sangat sederhana. Misalnya, jika kita tiap tahun memerlukan liburan, tetaplah jalankan liburan tersebut.
Tetapi, kita perlu memikirkan, apakah liburan yang Rp 10 juta bisa kita sederhanakan menjadi liburan Rp 5 juta dengan kepuasan yang sama? Jika, kita perlu pergi ke salon setiap bulannya. Kita perlu meninjau kembali apakah biaya salon yang Rp 500,000 per bulan bisa kita hemat menjadi separuhnya dengan hasil dan manfaat yang sama (cari salon lain yang menawarkan jasa serupa dengan manfaat yang sama)? Atau mungkin kita bisa belajar untuk melakukan beberapa keperluan salon di rumah (creambath, atau blow rambut untuk keperluan pesta?). Jika kita perlu membeli komputer atau laptop, kita perlu memikirkan apakah kita memang perlu membeli laptop seharga Rp 20 juta dengan kredit, atau kita bisa membeli laptop dengan harga yang lebih terjangkau namun memiliki fasilitas yang benar-benar kita perlukan? Prinsip yang perlu diingat adalah: hidup cukup, tak berlebih.

Gunakan utang dengan cerdik.
Apakah kita boleh berutang? Jawabannya bukanlah “boleh” atau “tidak boleh”, tetapi “perlu” atau “tidak perlu”. Sepanjang tidak diperlukan, sebaiknya hindari utang. Tetapi, jika memang diperlukan, pastikan kita bisa menggunakan utang dengan cerdik. Maksudnya adalah pinjaman yang digunakan untuk menghasilkan uang yang lebih banyak dari pinjaman (utang ) itu sendiri (Misalnya: investasi real estate yang bisa dijual lagi dengan harga yang lebih tinggi dari utang dan bunga pinjaman yang perlu dibayar). Utang yang bodoh adalah utang jangka pendek yang digunakan untuk membeli barang yang dibayarkan dengan cicilan jangka panjang (Misalnya: menggunakan kartu kredit untuk membeli kamera digital, televisi, membayar liburan). Jadi, jika kita memerlukan uang untuk belanja sesuatu yang konsumptif, sedapat mungkin, hindari utang.
Jika kita ingin memiliki masa depan yang nyaman dan sejahtera, kita perlu mulai membayar PBK. Memang tidak mudah, tetapi rasanya hasilnya sangat positif. Jadi, bagaimana kalau kita ramai-ramai mulai mencoba untuk membayar PBK bulan ini? Dengan komitmen, disiplin, hidup cukup, dan menggunakan utang dengan cerdik, mudah-mudahan kita bisa bertemu lagi di masa depan dalam kondisi hidup yang minimal berkecukupan, atau mungkin juga berkelimpahan. Seandainya tiap warga negara sudah bisa hidup sejahtera, negara kita bisa bebas dari utang. Amin. Ayo kita coba?

Mengelola Perilaku Keuangan Pasangan : Saver vs Spender

Anda dan pasangan Anda kerap bertengkar soal uang? Anda merasa pasangan Anda pelit atau sebaliknya, pasangan Anda menganggap Anda kikir? Atau Anda "dituduh" pemboros, tidak mampu menabung dan hanya pintar menghabiskan uang?
Jangan bohong. Kalau memang demikian adanya, akui saja. Tetapi, Anda pun tidak perlu bersungut- sungut. Fenomena sejenis dialami oleh banyak pasangan di dunia ini. Bukan cuma Anda.
Hanya pertanyaannya, apakah kehidupan keuangan Anda mau seperti itu terus? Apakah Anda senang jika setiap saat bertengkar hanya karena uang? Apakah rasa cinta Anda pada pasangan tidak mampu mengatasi perbedaan pendapat mengenai uang? Anda mungkin akan mengatakan saya tidak realistis. Anda mungkin beranggapan bahwa setelah menjadi pasangan, yang penting bukan lagi cinta, tapi uang. Benarkah demikian? Terserah Anda. Yang jelas, perbedaan pandangan dalam memaknai uang bukan tidak mungkin akan membawa Anda pada perceraian. Kisah semacam itu sudah sering mengemuka di sekitar kita. Jadi, sebaiknya, jangan Anda tambah lagi. Oleh karena itu, ada baiknya kita diskusikan bagaimana sesungguhnya menyikapi uang, khususnya mengeleminisasi perbedaan pendapat dengan pasangan Anda. Dengan kata lain, tidak ada salahnya memahami yang namanya fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan pasangan Anda.

Ada dua jenis sikap seseorang terhadap uang, termasuk pasangan Anda, yakni penabung (saver) atau pembelanja (spender). Dalam realitasnya, Anda dan pasangan Anda bisa berbeda tetapi bisa pula memiliki sikap yang sama. Secara umum, orang-orang yang tergolong savers adalah orang-orang yang selalu memikirkan uangnya untuk peruntukan masa datang dan sangat membatasi pengeluarannya.
Dalam sisi yang ekstrem ada pula kalangan oversaver. Kelompok ini cenderung pelit dan malah, untuk kebutuhan dasarnya seperti sandang, pangan, dan papan, dibatasi secara berlebihan. Mereka bersikap seperti orang prihatin dan tidak mampu, padahal sebenarnya bisa hidup dalam keadaan yang lebih baik. Sebaliknya, spender adalah orang-orang yang gemar membelanjakan uangnya dan tidak terlalu berminat untuk menabung. Bahkan ada kalangan yang tergolong overspender, yakni gemar rela berutang demi memuaskan keinginan berbelanja, bahkan pendapatannya bisa sudah lebih dulu habis sebelum pendapatan tersebut diterima.
Sekarang coba kita lihat, Anda tergolong saver, oversaver, spender, atau overspender, dengan menjawab pertanyaan berikut.
  1. Jika Anda tengah pergi ke mal bersama pasangan Anda dan tiba-tiba Anda menemukan sesuatu yang Anda sukai, apakah Anda akan segera membelinya, berpikir lebih dulu baru memutuskan membeli, atau tidak menghiraukannya. Anda pasti akan menempuh salah satu jawaban di atas. Tetapi, bagaimana dengan pasangan Anda? Apakah dia akan sependapat dengan Anda atau berbeda? Terhadap contoh pertanyaan tadi, umpamakan sikap Anda adalah langsung membeli barang yang tiba-tiba Anda sukai itu dan pasangan Anda sependapat dengan Anda.
    Jika kejadiannya begini, bisa dikatakan Anda berdua tergolong overspenders karena pembelian barang tersebut tidak Anda rencanakan sebelumnya. Kemudian barang tersebut belum tentu kebutuhan, melainkan sekadar keinginan tiba-tiba. Di sisi lain, pasangan Anda juga membiarkannya. Memang bila kondisinya begini, Anda dan pasangan sejiwa terhindar dari benih-benih pertengkaran. Tetapi, percayalah, jika hal yang sama terjadi dalam banyak hal, maka bukan tidak mungkin Anda akan masuk perangkap "lebih besar pasak daripada tiang". Ringkasnya, jika pasangan Anda tergolong overspender, mestinya Anda yang berubah dan menjadi orang yang sedikit lebih "pelit".
  2. Bagaimana Anda menyikapi kartu kredit? Anda bisa menganggapnya sebagai "uang nganggur" alias lisensi untuk berbelanja, bisa juga beranggapan bahwa kartu kredit merupakan jalan mudah untuk memenuhi kebutuhan Anda pada saat Anda menginginkannya, atau alat yang berguna untuk memudahkan transaksi dalam keadaan darurat dan selalu membayar penuh setelah dipergunakan. Atau, dalam pandangan Anda, kartu kredit adalah "malapetaka" yang harus dijauhi.
    Salah satu pilihan di atas pasti merupakan sikap Anda. Lalu, bagaimana sikap pasangan Anda. Masih tetap sama atau berbeda? Umpamakan, jawaban Anda adalah kartu kredit merupakan "malapetaka", itu berarti Anda tergolong oversaver. Dan bila pasangan Anda juga menganggapnya demikian, berarti Anda berdua setali tiga uang. Boleh jadi, Anda hanya memikirkan masa yang akan datang. Akibatnya, Anda tidak hirau dengan keadaan saat ini. Mungkin malah Anda rela bersusah-susah terus. Namun, jangan lupa, suasana menyenangkan di masa datang mungkin tidak akan pernah Anda nikmati, karena sikap oversaver itu melekat pada diri Anda sepanjang hayat. Oleh karena itu, oversaver juga bukan perilaku yang sehat.
  3. Bagaimana Anda memikirkan soal utang? Merupakan urusan pribadi, tidak ada yang boleh ikut campur. Kalaupun bangkrut karena tidak bisa membayar utang, maka hal itu merupakan urusan Anda. Atau Anda beranggapan utang harus dipergunakan untuk menikmati apa pun yang Anda inginkan. Yang penting Anda masih bisa membayar angsuran minimal. Bisa juga Anda beranggapan utang hanya boleh dilakukan untuk keadaan darurat atau dalam hal pembelian aset yang besar, seperti kendaraan. Atau, malah Anda enggan berutang. Apa saja, kalau bisa dibayar secara tunai. Salah satu dari pemikiran di atas bisa jadi merupakan paradigma Anda dalam menyikapi utang. Pengertiannya sederhana. Bila Anda tidak peduli terhadap risiko utang, Anda tergolong overspender. Di sudut yang lain, jika Anda enggan berutang, Anda termasuk oversaver.


DALAM realitasnya, bagaimana seandainya Anda dan pasangan Anda berada pada titik ekstrem yang berbeda? Tentu saja kedua belah pihak mesti berbesar hati dan rela untuk berpikir lebih bijak untuk mencari titik temu dari kedua ekstrem tersebut.
Pada tahap pertama, Anda mengupayakan untuk bergeser menjadi saver dan kemudian pasangan Anda upayakan untuk tidak lagi berada di ekstrem spender. Lalu pada tahap berikutnya, Anda berdua mesti bergeser lagi menjadi pasangan yang fleksibel, yakni perpaduan antara spenders dan savers. Artinya, Anda memang mesti memikirkan masa depan dan bersikap hati-hati dalam mempergunakan uang, jadi berperilaku sebagai savers. Tetapi, pada saat tertentu tidak ada salahnya membelanjakan uang untuk mendukung harmonisnya keluarga Anda sepanjang hal itu merupakan kesepakatan bersama dan lebih dulu dirancang. Intinya, saver maupun spender merupakan perilaku yang semestinya tidak "kaku", tetapi dikelola melalui suatu perencanaan keuangan yang matang dalam keluarga Anda.

Tiga Pengeluaran Utama Keluarga

Mengelola Pengeluaran Utama Keluarga dengan Bijak
Kami yakin bahwa setiap keluarga pasti akan melakukan ketiga pengeluaran utama yang akan kami bahas berikut ini. Alokasi ketiga pengeluaran ini cukup besar sehingga kami rasa penting untuk membagikan informasi serta pengetahuan agar Anda semua tidak terjebak karenanya. Apakah ketiga pengeluaran tersebut?
Pertama adalah pembelian rumah dan semua yang berkaitan dengan perawatannya. Kedua, pembelian mobil dan semua pengeluaran yang dibutuhkan untuk merawatnya. Dan terakhir, pengeluaran untuk makanan keluarga. Dalam ulasan kali ini, kami akan menjabarkan satu per satu pengeluaran di atas agar Anda lebih paham dan waspada akan besarnya pengeluaran tersebut sehingga Anda dapat mengelolanya dengan baik dan bijak.

Rumah—Pengeluaran Terbesar Keluarga
Setiap keluarga pasti menginginkan tempat tinggal sendiri sehingga dapat membangun kehidupan keluarga dengan mandiri. Tempat tinggal ini, selama perjalanan hidup kita, kemungkinan besar akan banyak membutuhkan biaya dari segala sesuatu yang Anda beli. Jadi, mengapa Anda tidak memikirkan masak-masak tentang ratusan juta yang akan Anda sisihkan untuk perumahan tersebut? Kecuali Anda mendapatkan biaya sewa rumah yang tidak lazim—murah sekali—dalam jangka panjang, secara finansial lebih wajar untuk memiliki rumah dengan mencicil pinjaman daripada menyewanya. Biaya sewa cenderung naik sejalan dengan naiknya inflasi dan tidak meninggalkan aset bagi Anda dan keluarga.

Dengan pola kredit, di mana Anda diharuskan untuk membayar cicilan setiap bulan selama jangka waktu tertentu, seperti halnya Anda “dipaksakan” untuk menabung. Dengan lunasnya pembayaran kredit rumah yang Anda lakukan, aset rumah tersebut menjadi milik Anda.
Dana kami yakin, rumah yang Anda miliki dan tempatkan bersama keluarga mempunyai manfaat yang tidak ternilai: menciptakan rasa aman dan tenteram bagi keluarga, memiliki rumah sendiri memberikan rasa kendali terhadap kehidupan Anda berkeluarga dan dapat membangun keluarga secara utuh dan memberikan nilai tambah bagi lingkungan di mana Anda tinggal.
Sebelum Anda bergegas melakukan sesuatu, Anda harus secara serius mengkaji perasaan Anda mengenai tempat yang Anda pilih. Kenalilah daerahnya sebelum membeli. Melakukan persiapan dan analisis sejak awal akan mencegah penyesalan di masa datang. Membeli dan menjual rumah membutuhkan biaya yang besar sehingga perencanaan sejak awal menjadi sangat dibutuhkan. Ada tiga kata penting yang harus dipertimbangkan dalam memilih rumah yang diidamkan, yaitu lokasi, lokasi, dan lokasi. Karena apa? Begitu Anda membeli rumah, Anda tidak bisa memindahkannya kecuali Anda menjualnya. Bangunan yang rusak masih bisa direnovasi menjadi rumah yang nyaman dan indah. Tapi salah memilih lokasi akan terus menghantui Anda selama Anda tinggal di rumah tersebut. Jadi, menentukan lokasi rumah yang Anda idamkan adalah langkah awal dalam memiliki rumah idaman.


Mengelola Kebutuhan Biaya Rumah
Setelah rumah dengan lokasi idaman Anda tentukan, langkah selanjutnya adalah mengelola keuangan agar tujuan memiliki rumah tersebut dapat tercapai. Dan sebagian besar dari kita harus membelinya dengan kredit. Keputusan untuk membeli rumah dengan kredit akan banyak mempengaruhi keadaan keuangan Anda dan keluarga secara jangka panjang. Bila Anda memutuskan untuk menandatangani perjanjian kredit selama 10 tahun, Anda terikat dengan berbagai pengeluaran yang harus dikeluarkan setiap bulannya. Pertimbangkan dengan sebaik-baiknya keputusan ini. Jangan sampai keputusan ini merusak tatanan keuangan Anda di masa depan. Beberapa hal yang menurut pandangan kami harus diwaspadai adalah kemampuan Anda untuk membayar besarnya cicilan per bulan (baik bunga maupun utang pokoknya). Selain itu, biaya awal yang harus disiapkan bila ingin membeli rumah dengan kredit adalah uang muka (DP). Secara umum, institusi pemberi kredit membatasi jumlah kreditnya yang disalurkan. Biasanya tidak lebih dari 70% dari harga rumah atau properti tersebut. Sebut saja harga rumah yang Anda inginkan adalah 300 juta. Maka Anda harus mempersiapkan dana kurang lebih sebesar 90 juta rupiah sebagai uang muka. Kebutuhan ini di luar dari beberapa kebutuhan biaya yang juga harus dipersiapkan walau tidak terlalu besar seperti biaya administrasi, pajak pembelian, biaya asuransi dan lain-lain. Bila kebutuhan akan uang muka belum tercapai maka penyisihan dana perbulan dari pemasukan secara berkala dapat dilakukan. Nah berapa besar sih yang bisa dialokasikan untuk cicilan rumah idaman tersebut? Secara ideal nilainya tidak melebihi 25% dari total pendapatan bersih bulanan. Tapi dengan semakin naiknya harga rumah, biasanya keluarga memaksakan alokasi biaya tersebut sebesar 30-35% dari pendapatan bersih bulanan. Sebelum keputusan meningkatkan alokasi dana untuk membayar cicilan tersebut Anda ambil, sebaiknya Anda pikirkan dengan matang dengan mempertimbangkan berbagai tujuan keuangan yang Anda miliki. Karena menaikkan anggaran untuk hal ini akan bedampak terhadap kebiasaan hidup Anda, misalnya berkurangnya jalan-jalan bersama keluarga, mulai dari liburan sampai makan malam bersama. Nilai ini seringkali dilupakan karena keinginan yang menggebu untuk memiliki rumah sendiri.
Selain dari biaya tersebut di atas, masih ada beberapa biaya lain yang juga harus dipertimbangkan yaitu biaya perawatan, biaya renovasi bila dibutuhkan dan biaya pajak. Semua biaya ini harus juga masuk dalam anggaran biaya regular terutama adalah biaya perawatannya.

Mobil dan Biaya Transpostasi yang Tidak Murah
Melihat jalan-jalan di Kota Jakarta, hampir bisa dibilang di semua ruas jalan pasti terjadi kemacetan. Belum lagi, belakangan ini, banyak kita lihat mobil-mobil yang tadinya tidak pernah kita lihat di jalan-jalan di Jakarta maupun Indonesia, seperti Ferari, Lexus, dan lain-lain.
Fenomena apakah ini? Apakah masyarakat kita sudah sedemikian kaya sehingga pertumbuhan jumlah mobil melebihi pertumbuhan ruas jalan? Mungkin ya mungkin saja tidak.
Tapi yang pasti bahwa penjualan mobil setiap tahunnya semakin meningkat. Harga mobil yang kian mahal tetap saja diburu konsumen. Saat ini mobil-mobil mewah yang harganya selangit tetap memiliki pasar yang besar di Indonesia. Pernahkah Anda memikirkan dan menghitung berapa besar biaya yang dibutuhkan untuk memiliki sebuah mobil? Bila belum mari kita lihat satu persatu.
Pertama adalah biaya untuk memilikinya. Paling tidak sekarang ini untuk mobil keluarga, Anda harus mengeluarkan sekitar 70-an juta untuk membeli mobil dengan tunai. Harga ini mungkin harga minimum. Banyak orang yang memilih mobil dengan kualitas dan gaya yang lebih mewah dan mengharuskan mereka untuk mengeluarkan uang lebih besar lagi.
Bagaimana pula bila membelinya dengan kredit? Pembelian dengan kredit mengharuskan Anda untuk membayar pokok ditambah bunganya. Dan biaya ini tidaklah murah, apalagi bila aset yang Anda dapatkan dalam hal ini adalah mobil merupakan aset yang nilainya menurun sepanjang waktu. Berbeda dengan rumah, di mana nilainya relatif naik setiap tahunnya.
Selain dari biaya memilikinya, biaya lainnya adalah biaya perawatan dan biaya pajak setiap tahun. Bila mobil Anda semakin mahal tentunya membutuhkan perawatan yang semakin mahal pula. Benar begitu bukan?
Pastinya Anda ingin memiliki mobil yang baik agar Anda tidak terganggung selama pemakaiannya. Belum lagi dengan pajak, semakin mahal harga mobil tentunya akan semakin mahal pula biaya pajaknya. Jadi dalam hal ini pengeluaran untuk mobil bisa dibilang cukup besar. Mungkin untuk sebagian orang pengeluaran ini lebih besar dari pengeluaran untuk kebutuhan rumah.
Mengapa? Karena dengan mobil yang bagus dan mewah, Anda akan dipandang lebih sukses. Itulah ciri dari masyarakat konsumerisme. Segala sesuatu dilihat dari apa yang dikendarai, apa yang dipakai, dan apa yang dimilikinya, bukan dari apa yang telah dihasilkan dari jerih payahnya.
Semua biaya ini baru satu mobil. Bagaimana bila Anda memiliki dua, tiga, bahkan lebih? Tentunya biaya ini akan semakin meningkat. Kelola dengan bijak berbagai pengeluaran yang timbul akibat memiliki mobil tersebut, jangan sampai hal ini memberatkan keuangan Anda selama perjalanan kehidupan Anda berkeluarga. Dengan masih terbatas dan minimnya alat transportasi umum, kebanyakan keluarga memilih untuk membeli mobil. Tapi satu hal yang harus diingat bahwa biaya memiliki mobil itu tidaklah murah dan dengan semakin mahalnya biaya-biaya tersebut diatas, kami sangat menganjurkan agar Anda mengelola pengeluaran ini dengan baik.

Kebutuhan Makan Keluarga
Pengeluaran ketiga terbesar bagi sebagai besar masyarakat adalah biaya untuk kebutuhan makan. Dalam hal ini, biaya pengeluaran ini merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar. Anda membutuhkannya karena untuk hidup. Oleh karenanya, kami melihat alokasi ini bukan tempatnya untuk berhemat dalam arti makan hanya sekali sehari. Guna mengontrol dan menghemat pengeluaran ini ada beberapa usulan yang kami sampaikan misalkan saja dengan berbelanja bulanan di pusat-pusat grosir yang semakin menjamur di Jakarta. Membeli dengan pola grosir akan mengurangi biaya makan ini secara umum, tapi kalau Anda membeli sesuatu yang tidak Anda butuhkan atau melebih dari yang dibutuhkan maka penghematan yang dilakukan tidaklah bermanfaat.
Dalam hal pengeluaran untuk makanan, pengeluaran terbesar adalah biaya makan di luar atau restaurant bersama keluarga ataupun kerabat. Pernahkah Anda menghitung berapa besar pengeluaran untuk makan siang Anda selama Anda harus bekerja? Bila Anda bekerja di Jakarta, maka makan siang minimal yang harus dikeluarkan adalah sebesar Rp 20.000-an. Itu baru makan siang saja, belum lagi kalau sepulang kantor karena macet Anda dan teman-teman sekantor mempir dulu ke mal dan ngopi-ngopi dulu. Tidak kurang dari Rp 30.000-an harus Anda keluarkan dari kocek Anda. Dijumlah selama satu bulan, pengeluaran reguler setiap harinya adalah Rp 1.000.000-an. Ini baru makan siang dan ngopi sepulang kantor. Bagaimana pula bila Anda biasanya keluar makan malam setiap minggunya bersama keluarga? Paling tidak Rp 200.000-an pasti keluar. Sebulan Anda harus mengeluarkan Rp 800.000-an untuk makan keluar bersama keluarga tersebut. Jadi jumlahnya sebulan tidak kurang Rp.1,8 juta-an sudah Anda habiskan untuk makan. Belum lagi keperluan belanja keluarag di rumah. Tidak sedikit bukan?
Jadi menurut hemat kami, perencanaan anggaran pengeluaran berupa biaya makan perlu juga direncanakan dengan baik. Jangan sampai karena alasan kebutuhan Anda menghalalkan semua pengeluaran untuk makan ini.
Demikianlah ulasan yang bisa kami sampaikan, semoga bermanfaat bagi Anda dan menambah wawasan Anda dalam hal keuangan keluarga dan mengelola pengeluaran utama dalam keluarga dengan lebih bijak.

Pola Pikir Dasar dalam Perencanaan Keuangan

Kehidupan berkeluarga selalu menarik untuk disimak dan dipelajari karena adanya perubahan serta nilai-nilai yang dianut. Setiap orang atau individu memiliki keunikan dibandingkan dengan orang lain, baik itu berupa kekuatan maupun kekurangan. Selama kami menjalani profesi sebagai perencana keuangan keluarga, kami menemukan dua kelompok besar keluarga, yaitu secure dan insecure. Sebelum lebih jauh, kami ingin sedikit mengulas mengenai kedua hal tersebut, secure dan insecure.
Orang-orang yang secure adalah mereka biasanya memiliki hubungan kekeluargaan yang baik dan selalu melihat tujuan akhir dari semua rencana yang mereka buat. Perencanaan jangka panjang menjadi suatu keharusan dan mereka terbiasa untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai yang mereka anut sehingga biasanya mereka terbebas dari utang yang berkepanjangan. Mereka selalu melihat sesuatu berdasarkan kualitasnya bukan hanya kuantitas. Itulah beberapa ciri dari orang–orang yang secure. Pastinya tidak demikian pemahaman Anda terhadap arti secure, sama dengan kami. Pada awalnya kami beranggapan bahwa orang-orang yang secure adalah orang-orang yang kaya. Ternyata tidak hanya sebatas itu. Kelompok secure, beranggapan bahwa uang bukanlah menjadi ukuran terpenting. Sedangkan orang-orang yang insecure bisa dibilang kebalikan dari mereka yang secure. Lebih jelasnya, mereka yang insecure percaya bahwa ada hubungan langsung antara uang dan kebahagian. Mereka memiliki kekayaan atau pendapatan yang cukup tapi mereka selalu saja membelanjakan sebanyak atau malah lebih dari yang mereka hasilkan oleh karenanya mereka selalu dipusingkan oleh utang. Mereka selalu membeli sesuatu dengannya mereka berkeyakinan akan meningkatkan status mereka dihadapan orang lain.
Tapi bila melihat gambaran kedua kelompok ini, sebagian besar dari masyarakat berada diantara kedua kelompok ekstrim ini. Selama kami menjalani profesi sebagai perencana keuangan, kami menemukan banyak hal yang berkaitan dengan pola pengelolaan keuangan. Berdasarkan hal itu, kami mencoba untuk mengembangkan pegangan bagi semua keluarga agar dapat menjalani kehidupan berkeluarga lebih baik lagi. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu Anda perhatikan dan pegang dalam pengelolaan keuangan Anda.

Waktu Adalah Sahabat Anda
Semakin awal Anda memulai untuk menyisihkan dana secara regular untuk tujuan masa masa depan Anda, akan semakin kecil dana yang Anda harus alokasikan setiap bulannya secara regular untuk mengembangkan jumlah aset Anda. Sebagai contoh kami gunakan illustrasi, Andi dan Anita. Anita sudah memulai untuk menyisihkan secara regular setiap bulannya untuk tujuan masa pensiunnya disaat ia baru memasuki jenjang pernikahan. Saat ini usia Anita 24 tahun berencana untuk menyiapkannya sampai usia-nya memasuki 60 tahun. Dengan menyisihkan secara regular setiap bulannya sebesar Rp 1 juta dengan asumsi bunga yang diambil 12 persen per tahun, maka dengan rencana tersebut, Anita dalam 36 tahun akan memiliki aset sejumlah hampir mencapai Rp 7.3 miliar atau tepatnya sebesar Rp 7.259.250.000. Sedangkan Andi, usianya saat itu 28 tahun dan merasa bahwa ia masih terlalu muda untuk mulai menyisihkan utuk tujuan pensiun. Sehingga ia menundanya sampai usianya memasuki 40 tahun. Pada usia tersebut ia merasa sudah sepantasnya ia mulia mengumpulkan dana untuk tujuan pensiunnya.
Andi memulai menyisihkan dana sebesar Rp 2 juta setiap bulannya (dua kali lipat dari rencana Anita) sampai usianya memasuki 64 tahun. Andi masih memiliki waktu 24 tahun untuk mengembangkan asetnya. Pada saat usianya memasuki 64 tahun maka Andi akan memperoleh dana sekitar Rp 3,3 miliar atau lebih kecil dari aset yang dimiliki Anita. Selisih hampir Rp 4 miliar.
Besarnya selisih aset yang dimiliki Anita dan Andi dikarenakan oleh waktu yang dimiliki untuk berkembangnya nilai uang yang ada. Fakta yang dapat kita ambil adalah walau Andi menyisihkan dua kali lipat dari jumlah yang Anita alokasikan, dengan waktu yang lebih panjang, Anita dapat mengumpulkan lebih dari dua kali lipat dari apa yang dikumpulkan oleh Andi.
Jadi kesimpulannya adalah waktu menjadi sangat penting dalam pengembangan aset yang Anda miliki. Semakin cepat Anda memulai investasi akan semakin besar pertumbuhannya dengan asumsi tingkat suku bunga sama.

Kebiasaan Menunda Adalah Musuh Anda
Temuan paling penting dalam sejarah keuangan adalah bunga majemuk (compound interest). Prinsip bunga majemuk adalah, hasil bunga yang didapat dari investasi akan ditambahkan kembali ke investasi awal dan dibungakan kembali. Jadi hasil yang akan Anda peroleh dalam tahun-tahun mendatang bukan hanya dari investasi awal yang Anda tempatkan tapi juga dari bunga yang dihasilkan selama uang itu diinvestasikan.
Mari kita lihat ilustrasi berikut ini. Andi berusia 25 tahun, Tuti 35 tahun, dan Anto 45 tahun. Usia pensiun yang mereka inginkan adalah 55 tahun. Lihat perkembangan investasi dimana mereka menginvestasikan setiap bulan sejumlah Rp 1 juta dengan tingkat suku bunga 8 persen. Dalam kehidupan nyata, pajak berpengaruh dan menurunkan jumlah keuntungan yang bisa Anda peroleh.
Jelas terlihat dari tabel diatas, harga yang harus dibayar akibat kebiasaan menunda sangat mahal. Bila Anda menunda 10 tahun (usia Anda saat ini 25), dengan nilai investasi Rp 100 juta dan asumsi bunga 6 persen, di usia 55 tahun, Anda hanya memperoleh dana sekitar Rp 320 juta. Bila tidak menundanya Anda bisa memperoleh sekitar Rp 574 juta. Sikap suka menunda-nunda bisa mempengaruhi Anda dalam berbagai hal, terutama yang berkaitan dengan keuangan. Dalam contoh di atas, kami hanya memberikan contoh bila Anda gagal untuk mulai menginvestaikan. Tapi sebenarnya sikap suka menunda juga juga berakibat fatal, misalnya dalam perencanaan proteksi. Bila Anda menundanya, dan terjadi musibah. Hal ini sangat mungkin merusak keuangan keluarga yang tadinya stabil dan teratur.
Satu-satunya tindakan yang harus Anda ambil adalah melakukan perencanaan keuangan keluarga yang menyeluruh sekarang. Jangan tunda lagi, berapapun usia Anda saat ini. Karena menunda keputusan seputar keuangan keluarga harus dibayar mahal di masa datang. Take action, now!!

Kebutuhan Vs Keinginan
Sebenarnya tidak ada batasan yang pasti untuk menentukan perbedaan antara kebutuhan atau keinginan. Mari kita mulai dengan mendifinisikan keduanya. Kebutuhan adalah sesuatu yang diperlukan oleh manusia sehingga dapat mencapai kesejahteraan, sehingga bila ada diantara kebutuhan tersebut yang tidak terpenuhi maka manusia akan merasa tidak sejahtera atau kurang sejahtera. Dapat dikatakan bahwa kebutuhan adalah suatu hal yang harus ada, karena tanpa itu hidup kita menjadi tidak sejahtera atau setidaknya kurang sejahtera. Sedangkan keinginan adalah sesuatu tambahan atas kebutuhan yang diharapkan dapat dipenuhi sehingga manusia tersebut merasa lebih puas. Namun bila keinginan tidak terpenuhi maka sesungguhnya kesejahteraannya tidak berkurang. Namun demikian, yang namanya kesejahteraan dan kepuasan juga sangat relatif bagi setiap orang. Sedangkan kami berpendapat bahwa untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan, harus dilihat dari segi fungsinya.
Sesuatu dikatakan sebagai keinginan kalau sudah merupakan tambahan atas fungsi utamanya.
Misalkan mobil sebagai alat transport, mungkin itu sebagai kebutuhan karena fungsinya sebagai alat transportasi. Tapi aksesoris tambahan untuk mobil tersebut, misalkan velg racing, tape dan lain-lain bukan untuk menambah kenyamanan atau keamanan berkendara, tapi hanya sekedar mempercantik penampilannya saja. Saya rasa itu bukan kebutuhan, itu cuma keinginan saja. Dan keinginan ini bisa ditunda kalau semua kebutuhan yang lain sudah terpenuhi dengan baik.

Walaupun mungkin kini Anda merasa mampu untuk memenuhi semua keinginan Anda, tapi kita tetap harus bijaksana, jangan sampai lupa akan kebutuhan/ tujuan di masa yang akan datang. Kita harus mempersiapkan dana pensiun kita agar bisa menikmati hari tua dengan tenang, kita juga harus mempersiapkan dana pendidikan bagi anak-anak kita, dan itu semua adalah kebutuhan masa depan yang harus disiapkan sejak sekarang. Yang harus diingat adalah, jangan sampai memenuhi keinginan dengan mengabaikan kebutuhan atau tujuan keuangan jangka panjang yang diprioritaskan. Oleh karenanya memiliki perspektif jangka panjang dalam hal keuangan keluarga harus diperhatikan.

Lebih Mudah Mengontrol Pengeluaran daripada Menambah Pendapatan
Kebanyakan keluarga pada umumnya lebih menfokuskan untuk meningkatkan penghasilan baik dengan bekerja lembur atau bekerja dihari libur. Hal ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap hubungan Anda dan keluarga, karena Anda harus di luar rumah sepanjang hari, bukan hanya hari kerja tapi hari libur juga. Mereka selalu beranggapan bahwa dengan penghasilan besar maka akan dapat memenuhi semua kebutuhan maupun keinginan keluarga. Tapi mereka lupa, bahwa mata uang memiliki dua sisi, ada arus masuk serta arus keluar. Dalam hal mencapai kesejahteraan keluarga, kedua hal ini adalah arus masuk keuangan keluarga serta aliran keluar uang dengan membelanjakannya menjadi sangat penting. Keseimbangan keduanya menjadi tolak ukur utama untuk mencapai kebebasan finansial atau kelompok secure tadi.

Menabung Membuat Anda Kaya, Bukan Penghasilan Anda
Tidak seorang pun menjadi kaya hanya karena penghasilannya besar. Kekayaan menjadi nyata bila Anda menyimpan atau menyisihkan dana setiap bulannya dan diinvestasikan. Banyak orang berpikir “bila saja saya menghasilkan lebih banyak maka semua keadaaan akan lebih baik”, mungkin benar atau malah sebaliknya, tambah amburadul.
Realitanya, dengan meningkatnya pendapatan pasti akan selalu dibarengi dengan kenaikan standar hidup atau gaya hidup. Sehingga Anda akan tetap membutuhkan hampir semua penghasilan bulanan yang Anda peroleh dengan kerja keras. Oleh karena itu, poin ketiga yaitu membedakan antara kinginan dan kebutuhan menjadi sangat penting. Kenyataannya, bila individu atau keluarga gagal merencanakan menabung (saving plan) maka mereka hanya akan menambah hutangnya.
Sangat tidak benar bila Anda berpikir bahwa kekayaan akan datang dengan sendirinya karena penghasilan Anda besar. Anda harus berubah menjadi lebih baik dan lebih bertanggung jawab. Dalam kaitannya dengan keuangan, banyak orang beranggapan bahwa ia bisa melakukan kesalahan dengan menggunakan semua penghasilannya untuk keperluan bulanan dan nantinya akan membetulkannya bila penghasilannya meningkat.
Jadi Anda sangat percaya bahwa dengan penghasilan Anda yang tinggi akan merubah keadaan keuangan Anda di masa datang. Percaya dengan kami, bahwa hal itu tidak akan pernah terjadi bila prilaku Anda terhadap uang tidak pernah berubah. Jangan belanjakan seluruh penghasilan bulanan Anda. Sisihkan dan investasikan untuk masa depan. Demikianlah beberapa hal penting yang menurut hemat kami bisa menjadi pegangan keluarga dalam mengelola keuangannya. Jadi dapat disimpulkan bila Anda ingin menjadi kaya (dalam artian material) atau secure di masa datang perhatikan bahwa waktu adalah teman Anda, lakukan sekarang jangan tunda lagi. Sikapi perbedaan keinginan dan kebutuhan dengan bijak dan dua hal lainnya adalah Anda mengubah perilaku Anda terhadap uang atau perubahan pada diri Anda sendiri dan tingkatkan persentasi tabungan Anda.

Mengatur Keuangan Sepanjang Masa

Perjalanan kehidupan kita di dunia pasti akan melalui fase-fase berikut, mulai dari masa kanak-kanak, dewasa, tua, pensiun dan akhirnya meninggal. Umumnya, setiap fase memiliki tujuan keuangan yang berbeda. Diagram di bawah ini merupakan fase yang umum dilalui oleh manusia. Setiap individu pasti memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain. sehingga kita sebagai individu harus melihat dan merencanakan perjalanan dalam fase kehidupan kita masing-masing dengan baik dan benar sesuai dengan jalan hidup yang kita inginkan.
Kalau melihat diagram siklus kehidupan di atas, tentunya semua kita dilahirkan dan pada satu masa kita akan kembali ke Sang Pencipta. Selama perjalanan kehidupan, umumnya kita akan melalui fase-fase seperti di atas, fase anak-anak—masa lajang—masa awal pernikahan—masa orang tua—masa pensiun dan akhirnya kita kembali dipanggil oleh Maha Kuasa. Usia kita dalam melalui fase diatas akan sangat beragam. Ada yang masuk fase awal pernikahan diusia 20-an tapi ada juga yang sudah memasuki usia 30 tahunan. Dalam kaitannya dengan usia, kami ingin sedikit memberikan gambaran perencanaan bagi mereka dalam beberapa kelompok usia mulai dari usia 20 tahunan—mulai dari fase masa lanjang sampai fase awal pernikahan. Kemudian, usia 30-40 tahunan, masa orang tua. Usia 50 tahunan masuk ke dalam fase masa tua dan masa pensiun. Setiap kelompok usia memiliki ciri umum perencanaan yang dibutuhkan.

Pentingnya Perencanaan di Usia 20 Tahunan
Banyak orang tidak melakukan perencanaan di usia 20, mereka merasa masih memiliki waktu panjang nantinya. Nikmati saja dulu, padahal dalam masa ini perlu kiranya kita membangun kebiasaan yang baik berkaitan dengan keuangan, misalnya dari sisi pengeluaran dan kebiasaan menabung. Kebiasaan ini tidak datang begitu saja, harus dilakukan secara berkesinambungan.
Mempelajari perihal anggaran dan investasi menjadi topik penting yang perlu dipahami, di saat Anda masih berusia 20 tahunan.
Kalau saja mereka memahami konsep nilai waktu uang dan konsep bunga berbunga, tentunya mereka tidak akan dengan seenaknya menghabiskan uang hasil kerja kerasa selama satu bulan hanya untuk keperluan sesaat. Dalam konsep nilai waktu uang dan konsep bunga berbunga, semakin panjang waktu yang dimiliki tentunya akan semakin sedikit tabungan yang dibutuhkan setiap bulannya untuk mencapai target tujuan yang sama. Atau dengan nilai investasi yang sama dan asumsi tingkat bunga sama, hasil dari investasinya akan semakin besar bila Anda melakukanya dalam waktu yang lebih panjang.
Sebagai contoh, kita gunakan tiga simulasi, yang pertama Andi saat ini berusia 25 tahun, Tuti 35 tahun, dan Anto 45 tahun. Masa pensiun bagi mereka adalah diusia 55 tahun.
Lihat perkembangan investasi yang mereka lakukan setiap bulan sejumlah Rp 1 juta dengan tingkat suku bunga 8%. Dalam kehidupan nyata, pajak berpengaruh dan menurunkan jumlah keuntungan yang bisa Anda peroleh.(lihat tabel).
Jelas terlihat dari tabel di atas, bahwa waktuk adalah faktor eksternal yang tidak bisa kita hindari, tapi dari sisi waktu, bila Anda memiliki kemauan tentunya Anda dapat melakukannya lebih cepat, yaitu di usia Anda 20 tahun.

Menetapkan Tujuan Keuangan Jangka Pendek, Menengah, dan Panjang
Menetapkan tujuan keuangan spesifik merupakan langkah awal terpenting dalam proses perencanaan keuangan. Di usia 20 tahunan, tujuan jangka pendek yang umum adalah menyiapkan biaya pernikahan, membeli mobil atau motor, dan masih banyak lagi tergantung dari setiap individu. Yang terpenting di sini adalah tujuan yang ingin dicapai 3-5 tahun ke depan. Jangka menengah antara 5-10 tahun, umumnya adalah membeli rumah, menyiapkan biaya pendidikan anak dana lain-lain. Nah untuk tujuan jangka panjang adalah masa pensiun. Persiapan ini sebaiknya dilakukan sejak dini.Dari semua tujuan keuangan yang Anda miliki perkirakan berapa besar nilai tujuan tersebut dan dengan nilai tersebut berapa nilai tabungan yang harus diinvestasikan secara regular setiap bulan yang harus disisihkan. Untuk perhitungan ini pernah kita bahwa secara detail di ulasan yang lalu.


Pentingnya Memahami Konsep Investasi
Masyarakat sering tergiur dengan berbagai tawaran yang secara akal sehat tentunya akan sangat sulit untuk didapatkan, misalkan kasus penggelapan dana masyarakat yang berdalih investasi yang banyak merugikan masyakarat. Satu kata kunci dalam berinvestasi adalah tidak ada investasi tanpa risiko. Semuanya ada risiko. Yang terpenting adalah mengenali risiko tersebut dan apa yang bisa dilakukan untuk menguranginya.
Hukum investasi yang tak bisa dihindari adalah semakin tinggi ekspektasi tingkat keuntungan, semakin tinggi pula risiko. Kita perlu mempelajari berbagai alternatif investasi dari sisi keuntungannya tapi jangan lupa juga perihal risikonya. Keseimbangan keduanya menjadi tujuan kita semua. Strategi investasi menyebar dana di berbagai instrumen investasi adalah langkah bijak dalam memaksimalkan keuntungan dengan risiko yang terukur, strategi ini dikenal dengan sebutan diversifikasi.Setalah Anda memahami dasar-dasar investasi dan mempelajari kelebihan dan kekurangan masing-masing instrumen yang terkait dengan keuangan Anda, mulailah untuk menginvestasikan dana secara regular untuk mencapai tujuan keuangan yang telah Anda tetapkan.

Evaluasi Perencanaan Menjadi Keharusan
Di usia 20-an tentunya Anda sudah menyelesaikan pendidikan Anda dan bekerja di sebuah perusahaan yang Anda inginkan. Penghasilan pun sudah diterima setiap bulannya. Begitu Anda memasuki usia 30 tahunan, biasanya secara karier Anda sudah mulai mapan, walau mungkin Anda masih akan berpindah pekerjaan sebelum Anda pensiun.
Rasanya di usia ini Anda sudah berkeluarga. Hal ini tentunya akan mengubah berbagai prioritas keuangan yang sebelumnya tidak masuk dalam perencanan selama masih bujang, misalkan biaya pendidikan, liburan bersama keluarga, membeli rumah dan lain-lain. Oleh karenanya, begitu keluarga sudah menjadi prioritas Anda, tentunya Anda harus mengevaluasi kembali tujuan keuangan yang telah ditetap dahulu. Perubahan ini harus dilakukan karena tentunya Anda harus mempertimbangkan hal lain dalam menetapkan tujuan keuangan keluarga.
Di rentang usia 30-40, Anda harus terus mengevaluasi berbagai investasi yang telah Anda lakukan untuk mencapai tujuan keuangan jangka menengah dan panjang. Merevisi anggaran juga harus dilakukan agar tetap sesuai dengan perubahan yang terjadi di keuangan keluarga. Begitu Anda berkeluarga, prioritaskan untuk memiliki berbagai proteksi, mulai dari kematian, sakit, critical illness, dan lainnya agar risiko ini tidak merusak kondisi keuangan keluarga yang sudah baik.

Biaya Pendidikan Anak dan Masa Pensiun
Dalam rentang usia ini (30-40) tentunya, Anda harus sudah melaksanakan persiapan biaya pendidikan anak. Biaya pendidikan semakin hari semakin mahal saja. Dari pemantauan kami, peningkatakan pertahunnya jauh lebih besar dari tingkat inflasi, terutama berkaitan dengan uang pangkal. oleh karenanya sangat bijak untuk mulai sejak dini untuk menyiapkan biaya pendidikan buat anak-anak Anda. Saat ini di Indonesia, banyak orang beranggapan bahwa dengan adanya Jamsostek dan program pensiun yang diberikan oleh perusahaan sudah cukup. Perhitungkan dulu. Dalam banyak konsultasi yang kami lakukan, ternyata kedua hal ini tidaklah cukup sehingga dibutuhkan langkah yang tepat untuk menabung atau investasi secara mandiri untuk mencapai kehidupan masa pensiun yang Anda inginkan. Jamsostek merupakan awal dan Anda tetap harus bertanggung jawab lebih besar untuk menyiapkan masa pensiun yang Anda inginkan. Apakah Anda Akan Mendapatkan Apa yang Diinginkan?

Waktu pun berjalan, dan sekarang Anda memasuki usia 50 tahun. Dari sisi investasi kami menganjurkan agar alokasinya lebih moderat, yang tadinya sebagai besar di saham mungkin hal ini sebaiknya dikurangi dan dipaindah ke instrumen investasi yang lebih rendah risiko. Di usia ini, harapannya anak-anak sudah mulai besar dan dapat menghidupi kebutuhannya sendiri. Anda sekarang dapat lebih fokus pada persiapan masa pensiun yang Anda inginkan. Di usia ini sebaiknya Anda mulai menghitung apakah kebutuhan penisun yang Anda inginkan dapat terpenuhi dengan berbagai inevstasi yang telah Anda lakukan. Semua ini harus diperhitungkan dan dianalisis apakah Anda akan defisit atau surplus selama masa pensiun Anda? Perhitungan ini sangat penting dilakukan karena Anda sudah dekat dengan masa pensiun Anda dan bila ternyata dana yang saat ini sudah terkumpul tidak mencapai apa yang Anda harapkan—defisit—alokasikan lebih besar dana untuk tujuan pensiun tersebut. misalkan, tadinya hanya 15% dari gaji yang dialokasikan untuk tujuan ini, sekarang Anda tingkatkan menjadi 20% atau malah 25%. Menurut hemat kami, hal ini dimungkinkan bila anak-anak sudah bisa mandiri dan Anda memiliki kapasitas untuk menabung lebih besar.
Demikian ulasan yang bisa kami sampaikan untuk artikel kali ini, bagaimana? Apakah Anda sudah merencanakan keuangan Anda? Sudahkah Anda mengevaluasi berbagai tujuan yang sudah Anda tetapkan sebelumya? Sekarang, apakah tujuan Anda sudah tercapai? Bila defisit, tingkatkan alokasi dana untuk tujuan tersebut. semoga bermanfaat.

White Swan Online Store