Salah satu masalah berkaitan dengan istilah “keuangan (finance)” adalah luasnya cakupan istilah tersebut dengan berbagai pemahaman. Tapi dengan pendekatan bertahap, kami yakin Anda dapat memahami istilah tersebut. Marilah kita mulai dengan langkah awal dan melihat bagaimana keputusan sehari-hari berdampak terhadap Anda dan ma0salah keuangan Anda.Bila Anda seperti layaknya masyarakat umum, harus pergi ke kantor setiap pagi dan pulang sore harinya. Dan setiap akhir bulan atau awal bulan, Anda akan menerima gaji sebagai kerja keras Anda selama satu bulan. Sebagai contoh, sebut saja Anton, saat ini bekerja di sebuah perusahaan IT di Jakarta dengan gaji bulanan sebesar Rp 5 juta dan istrinya, Anita, bekerja di sebuah perusahaan BUMN, dengan gaji Rp 3 juta per bulannya. Total pendapatan keluarga Anton setiap bulannya adalah Rp 8 juta atau Rp 96 juta setiap tahunnya.
Pajak.
Umumnya gaji yang diterima para pegawai sudah dipotong pajak. Jadi Anda sudah mendapatkan pendapatan bersih setiap bulannya. Demikian pula dengan keluarga Anton, sudah mendapatkan gaji bersih setiap bulannya. Kalau gaji Anda masih gaji kotor, maka sebaiknya kurangi dulu dengan potongan pajak sebelum Anda memasukkannya ke dalam anggaran keuangan keluarga.
Pengeluaran keluarga.
Sejalan dengan bergulirnya kehidupan berkeluarga, tentunya membutuhkan biaya. Pengeluaran yang umum dilakukan oleh keluarga, secara garis besar seperti berikut ini:
Sewa rumah : Rp 1,2 juta perbulannya.
Cicilan mobil: Rp 2,3 juta.
Biaya perawatan dan kebutuhan transportasi: Rp 500,000
Listrik dan Telepon:Rp 900,000
Belanja kebutuhan bulanan: Rp 1,3 juta
Entertainment, makan di luar dan lain-lain: Rp 1 juta
Pembantu rumah tangga and supir: Rp 800,000
Bila memang pengeluaran keluarga Anton seperti yang terlihat diatas, tentunya untuk memenuhi kebutuhan keluarga saat ini sudah mencukupi? Betul, untuk satu tingkatan memang sudah terpenuhi. Tapi kehidupan keuangan bukan saja untuk saat ini tapi juga untuk masa datang. Dan ada dua hal penting yang harus dipertimbangkan: Permasalahan mungkin timbul selama perjalanan kehidupan. Misalkan saja, terjadi risiko, dimana rumah tempat Anda tinggal saat ini kemalingan dan Anda tidak mengasuransikannya. Beberapa alat elektronik, seperti tv, dvd, hp dan beberapa barang lainnya hilang. Maka Anda harus menggantinya, betul? Itu membutuhkan uang. Setiap orang memiliki dorongan untuk membeli sesuatu yang lebih baik. Misalkan saja Anda ingin mengganti tv Anda yang sudah cukup lama dan ingin mengantinya dengan yang lebih baru dengan teknologi yang lebih canggih. Tentunya membutuhkan uang. Karena kedua hal ini, biasanya kita terlibat dengan hutang. Adanya ketidak samaan antara pemasukan dan pengeluaran, untuk menutupinya kita berhutang. Bagi sebagai besar orang, hutang harian atau bulanan biasanya menggunakan kartu kredit. sedangkan untuk pembelian yang lebih besar seperti rumah atau mobil, menggunakan produk pinjaman yang lebih formal.Tidak ada yang salah dengan berhutang. Masalah timbul bila Anda menggunakan hutang untuk sesuatu hal yang tidak penting. Karena adanya dorongan untuk membeli atau berbelanja, maka tagihan kartu kredit Anda membumbung tinggi. Membayar cicilan minimum setiap bulannya tidak memecahkan masalah. Hal ini harus dipecahkan dengan strategi yang baik dan bijak. Dan kalau ditelah lebih jauh, dalam hal ini Anda kehilangan kontrol terhadap keuangan Anda. Cerita diatas, melupakan hal terpenting dalam menjalani kehidupan keluarga yang baik, yaitu program menabung. Banyak hal yang harus disiapkan seperti kebutuhan pensiun, kebutuhan biaya pendidikan bila nanti memiliki anak dan lain-lain. Dan salah satu hal penting yang dilupakan adalah “alokasi dana darurat”. Setiap keluarga harus memiliki alokasi ini.Tapi bagaiamana bila kami memiliki kekuatan majik, dimana kami naikkan dua kali lipat pendapatan keluarga Anton, yang tadinya hanya Rp 8 juta setiap bulannya sekarang menjadi Rp 16 juta setiap bulannya, apakah ini akan memecahkan masalah? Tentu saja kenaikan gaji, apalagi dua, tapi Anton seperti 99% dari kita pasti di memiliki dorongan untuk meningkatkan pengeluaran. Pada kenyataannya, bila kita katakan pada 100 orang akan menaikkan gaji mereka 100%, 99 dari mereka pasti akan mengandakan pengeluaran mereka. Karena mereka merasa memiliki kapasitas. Mereka akan memilih tinggal di rumah yang lebih besar, membeli mobil yang lebih bagus, dan selanjutnya, yang pada akhirnya mereka akan kembali lagi seperti cerita kita di atas. Jadi jelas sekali di sini bahwa menambah pemasukan bukanlah solusi terbaik. Karena kita memiliki kecenderungan untuk menghabiskan apa yang kita dapatkan. Hal ini adalah normal. Tapi kita harus mewaspadainya.“Goal Setting Priority”Perihal tersulit dalam “mengontrol keuangan” adalah memulai untuk berjalan pada jalur yang benar. Selama masa sekolah sampai perguruan tinggi, kita tidak pernah mendapatkan pemahaman mengenai keuangan individu. Dan yang selalu kita dengar hanyalah persoalan keuangan tanpa tahu langkah pemecahannya.Ada satu hal yang bisa Anda bisa lakukan untuk memulai perjalanan di jalur yang benar yaitu dengan menetapkan tujuan prioritas yang Anda idamkan. Bila Anda menginginkan sesuatu dari yang Anda lakukan, kemungkinan besar Anda akan melakukan apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan hal tersebut. Pendekatan pertama yang bisa Anda lakukan, adalah dengan menetapkan tujuan prioritas menjadi Miliarder. Tentunya Anda sering menonton acara di salah satu stasiun tv “menjadi miliarder”. Mungkin saja Anda menjadi miliarder dengan menyelesaikan 15 pertanyaan yang diajukan dalam acara tersebut. Tapi sampai saat ini belum pernah ada yang sampai ke sana.Menjadi miliarder tidak susah. Menjadi miliarder dalam waktu semalam, itu baru sulit. Tapi kalau Anda melakukannya secara berkesinambungan, kami yakin Anda dapat mencapai impian menjadi miliarder.Strategi dollar cost averaging dilakukan dengan menabung secara sistimatik dan berkesinambungan dalam jangka panjang. Seperti tujuan kita tadi, ingin menjadi miliarder, paling tidak memiliki dana 1 Milyar rupiah pada saat pensiun (55 tahun). Misalkan Anda hanya memiliki waktu 30 tahun untuk mencapainya (usia Anda saat ini 25 tahun) maka Anda harus menyisihkan sebesar (asumsi bunga 10% pertahun), Rp 5,5 juta pertahunnya atau Rp 460,500 perbulannya atau Rp 15,350 per hari.Dibutuhkan hanya sebesar Rp 460.000-an sebulan untuk mencapai target 1 miliar rupiah. Tentunya hal ini mudah Anda lakukan, Dalam situasi Anton, bisa saja mengurangi biaya entertaimnet yang tadinya Rp 1 juta menjadi hanya Rp 500.000 rupiah.Kami yakin Anda pernah kumpul dengan teman di coffee shop yang banyak bertaburan di Jakarta. Sekali minum saja, paling tidak Rp 15-Rp 20.000. Belum lagi kalau sambil makan snack, Rp 50.000 tidaklah cukup. Dengan hanya mengurangi hal ini kami yakin Anda dapat mencapai insentif yang Anda inginkan yaitu menjadi miliarder.Kemudian Anda bertanya: apakah hanya dengan melakukan hal ini saya bisa menjadi miliarder? Mengapa belum pernah ada orang yang memberitau saya? Atau mungkin Anda bertanya, dimana saya bisa mendapatkan investasi yang membrikan tingkat bunga 10%? Untuk menjawab hal ini tentunya membutuhkan penjelasan yang lebih panjang. Dan kami yakin kami pernah membahasnya dalam rubrik eureka yang lalu.Mendapatkan apa yang diingkan sekarang (jangka pendek)Kalau kita melihat alinea sebelumnya, lebih memprioritaskan tujuan prioritas jangka panjang. Dibutuhkan waktu untuk mendapatkan apa yang diinginkan. Tapi bagaimana bila prioritas tersebut adalah keinginan jangka pendek? Bagaimana kita bisa menindak lanjuti hal ini?Untuk mengatasi hal ini ada satu kalimat yang selalu kami dengungkan dalam berbagai tulisan kami: “menabunglah dulu baru belanja kemudian”. Hal ini menjadi sangat sulit dilakukan karena media tv menjadi salah satu alat untuk memasarkan produk melalui iklan. Karena sebagian besar kita pasti akan duduk di kursi sambil menikmati film yang Anda gemari. Tapi di sela-sela waktu tersebut iklan tersebut ditayangkan. Sekali dua kali mungkin tidak meningkatkan keinginan Anda untuk membeli, bagaimana bila sudah berpuluh-puluh kali bahkan beratus-ratus kali? Tentunya yang tadinya ingin “menabung dulu baru belanja kemudian” menjadi terdorong untuk belanja dulu, kalau ada sisa baru menabung.Mengapa kalimat “menabung dulu baru belanja kemudian” memberikan pola kebiasaan yang baik. Pertama, Anda akan merasakan bahwa dorongan untuk membeli sesuatu terkadang berubah dengan cepat. Kedua, dengan pola ini, untuk membeli sesuatu yang Anda inginkan dalam jangka pendek tentunya Anda akan terdorong untuk menyisihkan dulu baru membelinya kemudian.Hal ini seringkali diremehkan tapi sesungguhnya hal ini merupakan perubahan cara pandang berkiatan dengan keuangan, “menabung dulu baru belanja kemudian”. Hal ini dapat berdampak terhadap prilaku kontrol keuangan yang ujung-ujungnya memberikan kapasitas kepada Anda dan keluarga untuk melakukan wealth accumulation.Keseimbangan kehidupan keuanganDi penghujung pembahasan kita kali ini, ini kita menawarkan sedikit pemikiran berkaitan dengan keseimbangan kehdiupan keuangan dalam keluarga. Secara umum beberapa hal yang berkaitan dengan keuangan yang harus dipikirkan adalah:Sebaiknya Anda memiliki tujuan keuangan yang jelasSebaiknya Anda memiliki pendapatan lebih besar dari pengeluaran bukan hanya bulanan tapi sepanjang tahunJangan biasakan memiliki hutang kartu kreditMiliki dana darurat dengan nilai antara 3-6 bulan biaya hidupPersiapkan pula kebutuhan pendidikan anak-anak AndaPersiapkan kebutuhan masa pensiun Anda, semakin cepat semakin baikMiliki proteksi asuransi bila Anda memiliki tanggunganInilah yang bisa kami tawarkan dalam menjalani kehidupan keuangan keluarga yang seimbang. Bukan hanya saat ini saja tapi juga untuk tujuan jangka panjang.