White Swan Online Store

Rabu, 28 Mei 2008

Joke : Setialah kepada Pasanganmu

Ada seorang lelaki tua yang hobbynya memelihara banyak burung. Pada suatu pagi, semua burung kesayangannya telah hilang. Merasa si pencuri sudah keterlaluan, lelaki tua itu pun membawa masalah ini di pertemuan mingguan di kampungnya.

Lelaki tua : "Siapa disini yang punya burung?"
Seluruh penduduk laki-laki segera berdiri. Menyadari kesalahannya dalam bertanya, lelaki itu menambah:
"Bukan itu maksud saya, maksud saya adalah, siapa yang pernah lihat burung?"

Maka seluruh penduduk wanita berdiri. Karena menyadari pertanyaannya masih tidak betul, maka dengan muka merah padam dia menyambung,
"Maaf, bukan itu maksud saya"

Sekali lagi dia coba bertanya
"Maksud saya adalah siapa yang pernah lihat burung yang bukan
miliknya"

Separuh penduduk wanita berdiri. Muka lelaki itu makin merah, dan juga makin gugup, segera berkata lagi
"Maaf sekali lagi, bukan ke arah itu pertanyaan saya, maksud saya adalah, siapa yang pernah lihat burung saya?"

Lalu... Isteri lelaki itu pun pun berdiri....dan seorang wanita yang lain .. maka kali ini merah padam pula muka si isteri ..! Lelaki tu pun cabut lari menyesal tanya ...
Moral story : setialah kepada pasanganmu :p

My 27th Birthday

Hari ini ulang tahunku ke-27. Weeee udah makin gede ya....dah dapet kue tart n ucapan selamat dari keluarga ma konco2.....wah luar biasa. Mesti benahin olah raga, tidur, maem banyak biar gemuk...gak kurus kayak sekarang heueheueheu, trus makin sayang ma pacar & keluarga. Mesti rajin deket2 ma Tuhan, biar diberi kekuatan & kebijaksanaan. Thank you God :)

Kamis, 22 Mei 2008

Daftar Kebaikan

Suatu hari seorang guru meminta kepada para muridnya untuk membuat daftar semua nama murid di kelas itu pada dua lembar kertas, dan memberikan tempat kosong di setiap nama. Kemudian ia meminta mereka untuk memikirkan hal yang terbaik mengenai teman mereka dan menuliskannya. Tugas itu ternyata menyita sisa waktu pelajaran untuk diselesaikan, dan ketika para murid meninggalkan kelas, setiap orang menyerahkan hasilnya. Sabtu itu, sang guru menuliskan nama dari setiap murid di kertas yang terpisah, lalu membuat daftar apa yang telah dikatakan oleh murid yang lain mengenai murid itu.Dan pada hari senin, ia memberikan setiap murid daftarnya. Tidak lama kemuduian, seluruh kelas mulai tersenyum. "sungguh " ia mendengar suara bisik-bisik. "Aku tidak tahu bahwa aku berarti untuk oranglain!" dan, "Aku tidak tahu kalau yang lain sangat menyukaiku." Begitulah komentar yang didengarkan oleh sang guru. Tidak ada orang yang menyinggung daftar itu di kelas lagi. Ia tidak pernah tahu apakah para murid membicarakannya di luar kelas atau kepada para orang tua mereka, tetapi tidak masalah. Latihan itu telah sampai tujuannya. Para murid sangat bahagia dengan komentar itu dan menyukai satu sama lainnya.
Berapa tahun kemudian, salah seorang dari murid itu tewas terbunuh di VietNam dan gurunya menghadiri pemakaman murid itu. Ia tidak pernah melihat seorang tentara di dalam peti jenazah militer sebelumnya. Muridnya itu sangat tampan, sangat dewasa. Seluruh gereja dipenuhi oleh teman-temannya. Satu persatu yang mencintainya menghampiri peti jenazah itu. Sang guru adalah orang yang terakhir yang mengucapkan salam perpisahan. Ketika ia berdiri di sana, salah seorang dari tentara yang bertugas sebagai pengangkut peti jenazah itu menghampirinya. "Apakah kamu guru matematikanya Mark" tanyanya. Sang guru mengangguk, "Iya." Kemudian tentara itu melanjutkan : "Mark banyak membicarakan dirimu."
Setelah pemakaman, bekas teman sekelas Mark bersama-sama pergi ke tempat makan siang, ayah dan ibu Mark ada di sana, sangat jelas terlihat bahwa mereka tidak sabar untuk berbicara dengan guru Mark." Kami ingin memperlihatkan sesuatu padamu," kata ayah Mark, sambil mengambil dompet dari sakunya."Mereka menemukan benda ini pada Mark ketika ia tewas. Kami kira Anda mungkin akan mengenalinya. "Sambil membuka dompet itu, ayah Mark dengan sangat hati-hati mengeluarkan dua lembar kertas yang sudah diisolasi, dilipat berkali-kali.Sang guru langsung mengenalinya, bahwa kertas itu adalah kertas yang dibuat olehnya, yang berisikan daftar kebaikan Mark yang ditulis oleh teman-teman sekelasnya. "Terima kasih karena telah melakukan hal itu," ibu mark berkata.
Semua mantan teman sekelas Mark mulai berkumpul. Charlie tersenyum dengan malu-malu Sambil berkata."Aku juga masih menyimpan daftarku. Daftarku itu berada di bagian atas laci Meja belajarku di rumah". lstri Chuck berkata, Chuck memintaku untuk meletakkannya di album pernikahan kami". Aku juga memilikinya," kata Marilyn. "Daftarku ada dalam buku harianku". Kemudian Vicki, teman sekelas yang lain, mengambil buku sakunya, kemudian mengeluarkan dompetnya dan memperlihatkan daftarnya yang sudah kusam dan lecek kepada yang lain. "Aku membawanya bersamaku setiap waktu,' ujar Vicki, lalu sambungnya : "Aku rasa kita semua menyimpan daftar kita masing-nasing ". Pada saat itu, sang guru terduduk dan menangis. Ia menangis karena Mark dan seluruh temannya tidak Akan mungkin melihat Mark kembali.
Begitu banyak orang yang datang dan pergi di kehidupan kita. Dan kita tidak mengetahui kapan hari itu akan tiba. Jadi katakanlah kepada orang yang Anda kasihi dan cintai bahwa mereka sangat penting dan spesial dalam kehidupan anda, katakanlah kepada mereka sebelum terlambat.

Rabu, 21 Mei 2008

Nama-nama dalam Buku Harry Potter

Buku Harry Potter meledak di seluruh dunia dan JK Rowling mencetak nama-nama unik bagi setiap tokohnya. Nama itu bukannya asal pakai, namun dibalik itu terdapat arti-arti yang unik yang mencerminkan kepribadian masing-masing tokohnya. Rowling mengambil nama-nama tersebut dari berbagai bahasa di penjuru dunia. Nama-nama tersebut juga bisa menjadi pertimbangan para calon orang tua untuk memberikan nama-nama tersebut bagi anaknya, terutama bagi mereka yang suka mengikuti cerita penyihir remaja tersebut.

LAKI-LAKI
Aberforth, Bhs.Scotland “Di Mulut Sungai Forth” (adik Dumbledore)
Alastor, Yunani “Pembalas” (Alastor Mad-Eye Moody-anggota Orde Phoenix)
Albus, Latin “Putih” (Albus Dumbledore, kepala Sekolah)
Amos, Ibrani “Beban”Argus, Denmark “Waspada” (Argus Filch, penjaga Hogwart)
Armando, Spanyol “Tentara” (Armando Dippet)
Arthur, Inggris “Mulia, Berani” (Arthur Weasley)
Avery, Inggris) “Kebangsawanan” (pelahap maut)
Bertie, Perancis bentuk singkat dari Bertrand “Cerdas” (Bertie Bott, kacang segala rasa)
Bill, Inggris, bentuk singkat dari William “Pelindung Tangguh” (Bill Weasley)
Cedric, Inggris “Pemimpin Perang” (Cedric Diggory, Prefek Hufflepuff)
Charlie, Inggris bentuk singkat dari Charles “Pria” (Charlie Weasley)
Colin, Skotlandia “Anak Anjing Muda” (Colin Creevey, anak Gryffindor)
Cornelius, Latin “Tanduk” (Cornelius Fudge, Menteri Sihir)
Cuthbert, Inggris “Terkenal, Cemerlang” (Cutbert Binns, hantu guru Sejarah Sihir)
Dean, Latin “Pemimpin” (Dean Thomas, anak Gryffindor)
Dennis, Yunani “Pengikut Dewa Dionysius” (Dennis Creevey, anggota Laskar Dumbledore)Draco, Latin “Naga” (Draco Malfoy)
Dudley, Inggris “Dari Padang Rumput Rakyat” (Dudley Dursley, sepupu Harry Potter)
Edgar, Inggris “Penombak yang Beruntung” (Edgar Bones)
Ernie, Inggris bentuk singkat dari Ernest “Teguh, Serius” (Ernie Macmillan, Prefek Hufflepuff)
Filius, Latin “Anak Laki-laki” (Filius Flitwick, guru Mantera, kepala asrama Ravenclaw)
Frank, Inggris “Tuan Tanah yang Merdeka” (Frank Longbottom, ayah Neville Longbottom)Fred, Perancis, bentuk singkat dari Frederic “Pemimpin Damai” (Fred Weasley)
Gellert, Hungaria “Berani dengan Tombak” (Gellert Grindelwald, penyihir hitam sahabat Dumbledore)
George, Yunani “Petani” (George Weasley)
Gilderoy, Perancis “Berbakti kepada Sang Raja” (Gilderoy Lockhart, penulis selebriti guru Pertahanan terhadap Ilmu Hitam di Hogwarts)
Godric, Anglo-Saxon “Memerintah Bersama Tuhan” (Godric Gryffindor, salah satu pendiri Hogwarts)Gregory, Inggris “Pengamat” (Gregory Goyle, sahabat Draco Malfoy)
Harry, Inggris bentuk singkat dari Harold “Pemimpin Pasukan” (Harry Potter)
Horace, Latin “Penjaga Waktu” (Horace Slughorn, guru Ramuan dan kepala asrama Slytherin)Hugo, Latin “Pemikir” (Hugo Weasley, anak Ron dan Hermione Weasley)
Igor, Rusia “Pejuang Damai” (Igor Karkaroff, kepala sekolah Durmstrang)
James, Yunani “Pengganti” (James Potter, ayah Harry Potter)
Justin, Latin “Adil” (Justin Finch-Fletchley, anak Hufflepuff anggota Laskar Dumbledore)
Lee, Inggris “Padang Rumput” atau “Penyembuh” (Lee Jordan, komentator Quidditch)
Lucius, Latin “Cahaya” (Lucius Malfoy, Pelahap Maut dan ayah Draco Malfoy)
Ludovic/Ludo, Skandinavia “Pejuang Terkenal” (Ludovic Bagman, Kepala Departemen Permainan dan Olah Raga di Kementerian Sihir)
Marcus, Latin “Pertahanan” (Marcus Flint, Chaser dan kapten tim Quidditch Slytherin)
Michael, Ibrani “Siapa yang Seperti Allah?” (Michael Corner, anak Ravenclaw)
Neville, Perancis “Dari Kota Baru” (Neville Longbottom, anak Gryffindor)
Nicolas, Yunani “Pemenang Rakyat” (Nicolas Flamel, ahli alkimia yang membuat Batu Bertuah)
Oliver, Inggris “Pohon Zaitun” (Oliver Wood, Keeper dan Kapten tim Quidditch Gryffindor)
Percival, Latin “Menembus” (Percival Dumbledore, ayah Albus Dumbledore)
Percy, Inggris bentuk singkat dari Percival “Menembus” (Percy Weasley, kakak Ron)
Peter, Yunani “Batu Karang” (Peter Pettigrew, Pelahap Maut yang pura-pura menjadi tikus, dan pembunuh Cedric Diggory)
Phineas, Ibrani “Bermulut Kuningan” (Phineas Nigellus Black, mantan kepala sekolah Hogwarts, dan leluhur Sirius BlackPius, Latin “Saleh” (Pius Thicknesse, Menteri Sihir di bawah Kutukan Imperius)
Quirinus, Latin “Pejuang” (Quirinus Quirrell, guru Telaah Muggle yang dirasuki Lord Voldemort)
Regulus, Latin “Pangeran” (Regulus Arcturus Black, saudara laki-laki Sirius Black)
Remus, Latin “Cepat” (Remus Lupin, werewolf guru Pertahanan Ilmu Hitam di Hogwarts)Ronald, Inggris “Kuat, Memerintah dengan Menasihati” (Ronald “Ron” Weasley, sahabat Harry) Rubeus, Latin “Merah” (Rubeus Hagrid, setengah-raksasa sahabat Harry)
Rufus, Latin “Merah” (Rufus Scrimgeour, kepala Auror yang menggantikan Fudge sebagai Menteri Sihir)
Seamus, Irlandia variasi dari Yakub “Pengganti” (Seamus Finnigan, anak Hufflepuff)
Severus, Latin “Serius, Ketat” (Severus Snape, guru Ramuan yang akhirnya menjadi kepala sekolah Hogwarts, anggota Orde Phoenix, “Pangeran Berdarah Campuran”)
Sirius, Latin “Bintang Anjing” (Sirius Black, anggota Orde Phoenix, godfather dari Harry Potter)Stan, Inggris bentuk singkat dari Stanley “Padang Berbatu” (Stan Shunpike, kondektur Bus Ksatria yang menjadi Pelahap Maut.
Terry, Norwegia bentuk singkat dari Terence “Seperti Thor” (Terry Boot, anak Ravenclaw)Tom, Latin bentuk singkat dari Thomas “Si Kembar” (Tom Marvolo Riddle, nama asli Lord Voldemort, pemimpin Pelahap Maut)
Vernon, Latin “Makmur” (Vernon Dursley, paman Harry Potter)
Viktor, Latin “Pemenang” (Viktor Krum, peserta Turnamen Triwizard dari Durmstrang)Vincent, Latin “Pemenang” (Vincent Crabbe, anak Slytherin sahabat Draco Malfoy)
Xenophilius, Yunani “Pecinta Hal-hal Asing” (Xenophilius Lovegood, ayah Luna Lovegood editor The Quibbler)
Zacharias, Ibrani “Tuhan Mengingat” (Zacharias Smith, anak Hufflepuff)
PEREMPUAN
Alice, Inggris “Mulia” (Alice Longbottom, ibu Neville Longbottom, anggota Orde Phoenix)
Alicia, Jerman “Manis” (Alicia Spinnet, Chaser Quidditch Gryffindor)
Amelia, Jerman “Rajin” (Amelia Susan Bones, bibi Susan Bones)
Angelina, Yunani “Malaikat” (Angelina Johnson, kapten Quidditch Gryffindor yang akhirnya menjadi istri George Weasley)
Andromeda, Yunani “Penguasa Manusia” (Andromeda Tonks, ibu Nymphadora Tonks)
Arabella, Latin “Berserah pada Doa” (Arabella Figg, Squib yang bertetangga dengan keluarga Dursley)
Ariana, Latin “Suci” (Ariana Dumbledore, adik Albus Dumbledore)
Augusta, Latin “Agung” (Augusta Longbottom, nenek Neville Longbottom)
Aurora, Latin “Dewi Pagi” (Aurora Sinistra, guru Astronomi di Hogwarts)
Bathesda, Ibrani “Rumah Belas Kasihan” (Bathesda Babbling, guru Runes Kuno di Hogwarts)Bathilda, Jerman “Pahlawan Wanita” (Bathilda Bagshot, penulis buku Sejarah Sihir)
Bellatrix, Latin “Cantik, Gembira, Diberkati” (Bellatrix Lestrange, Pelahap Maut)
Charity, Inggris “Derma” (Charity Burbage, guru Telaah Muggle di Hogwarts)
Cho, Korea “Kupu-kupu” (Cho Chang, anak Ravenclaw yang pernah berkencan dengan Harry Potter)
Dolores, Latin “Duka Cita” (Dolores Umbridge, Asisten Senior Menteri Sihir dan guru Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam di Hogwarts)
Fleur, Perancis “Bunga” (Fleur Delacour, peserta Turnamen Triwizard dari Beauxbatons yang akhirnya menjadi istri Bill Weasley)
Gabrielle, Ibrani “Pejuang Allah” (Gabrielle Delacour, adik Fleur Delacour)
Ginevra, Italia “Adil” (Ginevra “Ginny” Weasley adalah adik Ron Weasley akhirnya jadi istri Harry)
Hannah, Ibrani “Anugerah” (Hannah Abbott, anak Hufflepuff yang akhirnya menjadi istri Neville Longbottom)
Helena, Yunani “Cahaya Bersinar” (Helena Ravenclaw, anak Rowena Ravenclaw)
Helga, Norwegia “Suci” (Helga Hufflepuff, salah satu pendiri Hogwarts)
Hermione, Yunani “Dilahirkan dengan Baik” (Hermione Granger, anak Gryffindor sahabat Harry Potter)
Irma, Latin “Mulia” (Irma Pince petugas perpustakaan di Hogwarts)
Katie, Inggris bentuk singkat dari Catherine (Yunani) “Murni” (Katie Bell, Chaser Gryffindor)Kendra, Inggris “Pengetahuan” (Kendra Dumbledore, ibu Albus Dumbledore)
Lavender, Inggris “Bunga Ungu” (Lavender Brown, anak Gryffindor)
Lily, Inggris “Bunga Bakung” (Lily Potter, ibu Harry Potter)
Luna, Latin “Bulan” (Luna Lovegood, anak Ravenclaw)
Marietta, Ibrani variasi dari Maria “Pemberontakan Mereka” atau “Pahit” (Marietta Edgecombe, anak Ravenclaw yang mengkhianati Laskar Dumbledore)
Marjorie, Yunani “Mutiara” (Marjorie Dursley, bibi Dudley Dursley)
Millicent, Perancis “Dari Seribu Orang Kudus” (Millicent Bagnold, Menteri Sihir sebelum Cornelius Fudge)
Millicent Bulstrode, anak Slytherin)
Minerva, Latin “Bijaksana” (Minerva McGonagall, guru Transfigurasi dan wakil kepala sekolah Hogwarts)
Molly, Inggris variasi dari Maria “Pemberontakan Mereka” atau “Pahit” (Molly Weasley, ibu Ron)
Narcissa, Latin “Bunga Daffodil” (Narcissa Malfoy, ibu Draco Malfoy)
Nymphadora, Latin “Peri” (Nymphadora Tonks, Auror dan Metamorphmagus yang jadi istri Remus Lupin)
Olympe, Yunani “Dari Olympus” (Olympe Maxime, setengah-raksasa, kepala sekolah Beauxbatons)
Padma, Hindi “Teratai” (Padma Patil, anak Ravenclaw, kembaran Parvati Patil)
Pansy, Yunani “Bunga” (Pansy Parkinson, Prefek Slytherin)
Parvati, Hindi “Anak Gunung” (Parvati Patil, anak Gryffindor, kembaran Padma Patil)
Penelope, Yunani “Gulungan Benang” (Penelope Clearwater, Prefek Ravenclaw pacar Percy) Petunia, Indian Amerika “Bunga Petunia” (Petunia Dursley, bibi Harry)
Pomona, Latin “Subur” (Pomona Spout, guru Herbologi di Hogwarts)
Poppy, Inggris “Bunga” (Poppy Pomfrey, kepala perawat di Hogwarts)
Rita, Spanyol “Mutiara” (Rita Skeeter, wartawan Daily Prophet, penulis Kehidupan dan Kebohongan Albus Dumbledore)
Rolanda, Jerman “Dari Tanah Termasyhur” (Rolanda Hooch, guru terbang dan wasit Quidditch Hogwarts)
Rose, Inggris “Mawar” (Rose Weasley, anak dari Ron dan Hermione Weasley)
Rowena, Anglo-Saxon “Berambut Putih” (Rowena Ravenclaw, salah satu pendiri Hogwarts)
Susan, Yunani “Bunga Bakung” (Susan Bones, anak Hufflepuff)Sybil, Yunani “Peramal” (Sybil Trelawney, guru Ramalan di Hogwarts)
Walburga, Jerman “Kekuatan, Perlindungan” (Walburga Black, ibu Sirius Black)
Wilhelmina, Belanda “Pelindung Tangguh” (Wilhelmina Grubbly-Plank, guru pengganti Perawatan Satwa Gaib di Hogwarts)

Senin, 05 Mei 2008

It’s Now or Never

It’s Now or Never (Sekarang atau Tidak Sama Sekali). Ini memang seperti judul sebuah lagu Jadul (baca: jaman dulu). Tetapi ternyata kalimat pendek ini mengandung banyak petuah yang bisa kita renungkan dan praktikkan.
Mengapa harus sekarang? Ada banyak manfaat yang dapat kita petik jika kita mau mulai sekarang.
Kesempatan.
Every opportunity is a golden opportunity. Tiap kesempatan adalah peluang emas. Kita tidak pernah tahu apakah kesempatan sekarang akan lebih buruk atau lebih baik dari kesempatan berikutnya. Jadi, jika mendapat atau melihat kesempatan untuk mencetak prestasi, meraih keuntungan, ataupun mendapat manfaat positif dari apa yang ditawarkan sekarang, mengapa tidak kita coba? Paling tidak kita tidak akan menyesal karena telah mencobanya. Jika ternyata dugaan kita meleset, kita bisa meraih kesempatan berikutnya. Tapi, jika dugaan kita benar, kita telah berhasil mendapat manfaat dari kesempatan tersebut, dan jika ada kesempatan lain, kita bisa menambah perolehan manfaat dari kesempatan baru lagi. Selain itu, dengan mengambil kesempatan sekarang, jika ada kesempatan lain berikutnya, kita bisa membandingkan kesempatan yang datang dengan kesempatan yang telah kita manfaatkan, sehingga kita bisa membuat keputusan lebih bijak.
Pengalaman.
Pengalaman adalah guru yang paling efektif. Semakin awal kita memulai atau melakukan sesuatu, semakin banyak pengalaman yang bisa kita gali, semakin banyak pula manfaat dan pelajaran yang bisa kita petik dari pengalaman tersebut. Pelajaran dari pengalaman ini tentunya akan sangat berguna bagi kita untuk mengambil keputusan penting di masa yang akan datang. Misalnya: Miftah mendapat kesempatan magang tanpa dibayar di toko pamannya sebagai pemegang buku. Miftah tidak menyia-nyiakan tawaran ini. Walaupun ia tidak "dibayar" dengan uang, ia tidak mempermasalahkannya. Miftah yang baru saja lulus dari akademi perbankan menerima tawaran ini. Sambil bekerja ia juga mengajukan lamaran kerja di tempat lain. Dalam lamaran ini ia menuliskan pengalamannya bekerja sebagai pemegang buku di perusahaan sang paman. Miftah akhirnya bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dengan bermodalkan pengalaman kerja satu tahun di perusahaan sang paman. Pengalaman kerja ini menjadikannya kandidat yang lebih baik dari pelamar lain yang belum punya pengalaman kerja.
Uang.
Waktu adalah uang. Semakin banyak waktu yang kita habiskan untuk "menunggu". kesempatan yang baik, semakin banyak potensi untuk mendapatkan "uang" yang terbuang. Misalnya: Manuela kehilangan pekerjaan ketika krisis besar melanda perekonomian Indonesia di awal tahun 2000. Beberapa tawaran pekerjaan sudah diperolehnya, tetapi ia selalu ragu untuk mengambilnya karena gaji tidak sebesar yang diinginkan, tempat terlalu jauh, jenis pekerjaan kurang diminati, atau alasan lainnya. Akibatnya, sampai sekarang pun Manuela masih "menunggu" pekerjaan yang dianggap paling pas untuknya. Padahal jika ia mencoba saja salah satu pekerjaan yang ditawarkan, tentu ia sudah bisa banyak menimba pengalaman, dan yang pasti dapat uang dari hasil kerjanya. Pengalaman ini bisa ia masukkan dalam CV-nya untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik lagi di masa mendatang.
”What Now?”
Okay, sekarang kita telah yakin bahwa "sekarang"lah waktu yang tepat untuk memulai sesuatu. Lalu, apa yang harus kita mulai? Masih bingung? Banyak yang bisa Anda lakukan sekarang. Beberapa diantaranya adalah yang berikut.
Kebiasaan Baik.
Hasil yang baik diperoleh dari kebiasaan yang baik. Jadi, jika kita ingin meraih sukses, mulailah sekarang untuk membiasakan diri melakukan kebiasaan-kebiasaan positif yang bisa menelurkan sukses. Mungkin saja kebiasaan positif ini pada mulanya sulit dilakukan atau bahkan tidak menyenangkan untuk dilakukan. Namun demikian, bukan senang atau tidak senang yang jadi pilihan, tetapi penting atau tidak penting untuk dilakukan. Prinsip ini juga didukung oleh Albert Gray, dalam pidatonya pada sebuah seminar di Amerika Serikat: "Successful people form habits of doing things that failures don’t like to do. They don’t like them either, but their disliking is subordinated by the strength of their purpose". (Orang sukses membentuk kebiasaan yang tidak disukai oleh mereka yang gagal. Orang sukses ini mungkin juga tidak menyukai kebiasaan tersebut, tetapi rasa tidak suka ini berhasil dikalahkan oleh kekuatan tujuan yang telah mereka tetapkan). Contoh: Disiplin dalam waktu merupakan salah satu kebiasaan positif orang-orang sukses. Mereka menetapkan target hasil, dan dengan disiplin dalam waktu mewujudkan target yang telah ditetapkan. Untuk itu, mereka membiasakan diri untuk secara reguler menyediakan waktu menuliskan rencana kerja (tahunan, per semester, per bulan, per minggu, ataupun per hari). Rencana kerja disusun berdasarkan prioritas (mana yang paling penting dalam menunjang tercapainya target yang telah ditetapkan).
Karya Terbaik.
Karya terbaik tidak bisa diukur dengan uang. Jadi, apapun pekerjaan yang menjadi tanggung jawab kita, kita perlu melakukan yang terbaik (tidak perlu menunggu sampai ada orang yang mau menghargai karya kita dengan nilai yang tinggi). Orang lain akan menghargai jika mereka sudah melihat hasil kerja kita. Jika kita hanya menunggu kompensasi terlebih dulu sebelum menunjukkan karya terbaik, orang tidak akan mudah percaya pada kita karena kita belum bisa memberikan bukti bahwa apapun yang kita lakukan adalah yang terbaik. Sebaliknya, jika kita selalu melakukan dan menunjukkan hasil karya terbaik mulai sekarang, maka orang akan percaya akan kualitas kerja kita yang prima, sehingga mereka nantinya tidak akan segan untuk memberikan kompensasi yang tinggi juga untuk karya kita yang berikutnya. Prinsip ini juga dipegang teguh oleh Walt Disney, kaisar dunia hiburan. Dalam bisnis hiburan, para pemain biasanya sangat fokus pada uang untuk menghasilkan karya dengan kualitas terbaik. Tidak demikian dengan Disney. Dari awal, Disney mengedepankan kualitas terbaik di atas uang. Hasilnya? Setiap produk hiburan yang diluncurkan Disney selalu mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat, dan tentu saja sambutan ini mempersembahkan pemasukan uang yang luar biasa juga.
Investasi Kebaikan.
Utang budi dibalas budi. Ini kata pepatah kuno. Pepatah ini agaknya tidak berlaku lagi sekarang. Kita tidak perlu menunggu sampai kita punya utang budi baik sebelum kita melakukan kebaikan. Justru biarkanlah kita membuat orang lain "berutang" budi baik pada kita. Dengan demikian, kita bisa membina hubungan baik dengan mereka dan merekapun akan dengan senang hati membantu kita tanpa kita minta, atau merekomendasikan kita pada orang lain untuk membantu kita, juga tanpa kita minta. Investasi pada perbuatan dan hubungan baik juga diterapkan oleh Oprah Winfrey. Dalam perjalanan karirnya, Oprah tidak pernah menunda untuk selalu berinvestasi kebaikan pada orang-orang sekitarnya. Kebiasaan ini jugalah yang memberinya inspirasi untuk memulai program TV nya yang terkenal "The Oprah Winfrey Show" yang menjadikannya salah satu orang terkaya di dunia. Dengan investasinya pada kebaikan, banyak orang merasa tertolong dan mendapat manfaat setiap kali menonton acara ini. Orang-orang inipun merekomendasikan acara ini pada teman, kerabat mereka. Hasilnya: Acara TV Oprah mendapat peringkat tinggi di dunia pertelevisian.
Investasi Finansial.
Seorang teman kami baru saja membeli rumah seharga Rp. 1,5 milyar. Apa kehebatan teman ini? Ia bukanlah pimpinan perusahaan. Ia juga bukan pemilik usaha. Ia juga tidak mendapat warisan (orang tua masih lengkap) ataupun memenangkan undian. Lalu, dari mana ia mendapatkan uang begitu banyak? Apakah ia ikut-ikutan melakukan korupsi? Karena kagum, penulis menanyakan rahasia "kekayaan finansial"nya tersebut? Jawabannya sebenarnya tidak terlalu mengejutkan: dari uang investasinya dalam asuransi. Sejak muda (ketika ia masih berada di usia 25an), ketika ia baru saja masuk dunia kerja, ia sudah berinvestasi dalam beberapa asuransi yang mempunyai fitur tambahan sebagai tabungan. Setelah sepuluh tahun masa ‘menabung’ berlalu, sebagian uang asuransi yang telah beranak pinak dicairkan—sebagian diinvestasikan lagi dalam asuransi dan sebagian dalam rumah. Uang yang diperoleh dari asuransi dan penjualan rumah yang nilainya juga sudah berlipat, diinvestasikan kembali dengan cara yang sama. Lambat laun, jumlah rumah yang dimiliki makin banyak dan dana investasi dalam asuransinya juga makin meningkat, sampai akhirnya ia bisa membeli rumah dengan harga yang "wah" pada usia yang masih relatif muda (40 tahunan).
Mewujudkan Mimpi.
Ingin beli rumah, mobil, laptop tercanggih; ingin memulai usaha sendiri; ingin berkeliling dunia? Mengapa tidak kita coba mulai sekarang untuk mewujudkannya. Untuk mewujudkan mimpi tersebut, apa yang kita perlukan? Informasi, uang, dukungan moril, tenaga? Nah, paling tidak kita bisa memulai dengan mendata apa yang kita perlu lakukan untuk mewujudkan mimpi tersebut. Setelah data kita peroleh, kita bisa menyusun rencana untuk memulai mengumpulkan atau melakukan hal-hal yang kita perlukan tersebut sekarang. Tanpa kita sadari, dengan disiplin diri yang tinggi, satu persatu mimpi kita dapat wujudkan.Seorang pekerja bangunan yang sederhana mempunyai "mimpi" yang bersifat rohani yang luar biasa, yaitu mendoakan orang-orang yang disekitarnya yang belum bertobat agar bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Untuk itu, ia tidak menunda perwujudan mimpi. Ia berguru pada banyak orang untuk mempersiapkan diri dan sesuai dengan usulan pemuka agama yang menjadi penasehatnya, ia lalu membeli buku dan membuat dua kolom: Kolom pertama berisi nama-nama orang yang akan didoakannya, sedangkan kolom kedua berisi tanggal orang tersebut bertobat. Setelah 40 tahun masa berlalu, hasilnyaluar biasa: daftar nama yang telah didoakan dan telah bertobat mencapai ribuan orang (sekitar 2000 orang lebih).
Apakah prinsip "Lakukan Sekarang" ini sudah menjadi atau akan kita jadikan prinsip hidup kita? Kita harus segera memutuskannya sekarang. Alasannya sederhana: It’s Now or Never. Jadi, jika ada pilihan untuk memulai sekarang, mengapa kita harus menunggu untuk memulai nanti?

6 Cara Meningkatkan Intuisi Bisnis

Tidak semua orang memiliki intuisi bisnis yang sama. Namun intuisi itu bisa dilatih. Carol Kinsey Goman melalui bukunya Creativity in Business juga menyampaikan cara bagaimana mengembangkan intuisi itu dalam diri seseorang.


1. Belajar meramal masa depan. Jika Anda menggelar rapat bisnis dengan seorang yang belum dikenal, maka bayangkan penampilan mereka, pakaian yang dikenakan, dan bagaimana pendekatan bisnis mereka.
2. Membayangkan diri sendiri telah mengerjakan sesuatu sebelum kejadian sebenarnya berlangsung. Hal ini tidak saja menuntut otak bekerja, tapi juga membandingkan kinerja yang sebenarnya dengan bayangan yang ada di benak Anda.
3. Memperhatikan perasaan dan sensasi batin yang biasanya diabaikan. Perhatikan gejolak dan perasaan batin Anda. Ini memungkinkan Anda menangkap berbagai perubahan yang mengindikasikan adanya tanda-tanda yang muncul tanpa disadari.
4. Membuat jurnal ide. Tulislah kilasan-kilasan, wawancara dan catatan keputusan. Saat Anda merefleksikan catatan tersebut di masa depan, maka Anda dapat mengevaluasi seberapa tepat Anda melakukannya.
5. Melakukan meditasi atau belajar self hypnotic. Insting sering kali muncul pada saat Anda mulai menenangkan pikiran, kemudian berkonsentrasi (pusatkan pikiran kepada satu hal) dan menerima ide yang muncul dari pikiran bawah sadar Anda.

6. Memvisualisasikan secara simbolik. Ketika berhadapan dengan situasi yang bermasalah, ciptakanlah gambaran mental yang mewakili hal ini secara simbolik. Setiap ide kreatif yang muncul dalam benak adalah hasil dari cara memandang situasi secara unik.

Think Smart : Dapat Lebih, Kerja Kurang

Agar dapat lebih banyak, tentunya harus kerja lebih banyak dan lebih keras juga. Ini yang biasa kita dengar sebagai nasehat bisnis untuk sukses, tetapi hal ini tidak berlaku lagi di jaman hiperkompetisi seperti sekarang. Begitu banyak yang harus dikerjakan dalam waktu dan sumber daya yang sangat terbatas membuat kita harus mencari jalan “cerdas” untuk tetap unggul. Jika kita mengikut pepatah “jadoel” (jaman dulu) di kalimat pertama tersebut, bisa-bisa kita tersusul oleh pesaing sementara kita sedang menghabiskan waktu untuk bekerja keras menguras tenaga, pikiran, dan dana. Lalu apa solusinya? Baca terus yang berikut.
“Think Smart: Kenapa?”
Untuk mendapat “lebih” dengan kerja yang “kurang”, berpikir kreatif saja tidaklah cukup lagi. Yang lebih tepat untuk kita lakukan adalah berpikir cerdas. Mengapa demikian? Donna C.L Prestwood dan Paul A. Schumann, Jr mengusulkan beberapa alasan di bawah ini.
“Customer driven”
Kita dituntut oleh pelanggan (customer) kita (pihak-pihak yang mengkonsumsi layanan kita: atasan, bawahan, rekan sekerja, pembeli) untuk tampil prima secara terus menerus, dengan kejutan-kejutan baru. Hal ini perlu dilakukan agar kita tetap mendapat tempat di “hati” mereka. Jika kita tidak melakukan hal ini, apapun yang kita hasilkan menjadi membosankan (mudah ditebak, tidak ada yang baru, dan tidak menarik lagi).
“Competitor driven”
Pesaing (competitor) para pendatang baru juga memaksa kita untuk tampil “lebih” di segala bidang, misalnya: Lebih baik dalam kualitas produk, layanan, waktu, dan sumber daya. Tampil “lebih” di segala bidang sulit dicapai tanpa cara berpikir cerdas.
“Technology driven”
Teknologi merupakan bagian yang telah menyatu dengan denyut nadi dunia bisnis saat ini yang penuh dengan perubahan yang berputar dengan cepat. Teknologi berkembang pesat, demikian pula dengan perubahan dalam dunia bisnis. Untuk itu, mengikuti perubahan dunia bisnis saja tidaklah cukup, kita juga perlu merangkul perubahan dalam teknologi. Jika hal ini tidak dilakukan, maka kita akan jauh tertinggal.
“Stakeholders driven”
Para pemangku kepentingan atau stakeholders disini mencakup pihak yang menjalin hubungan bisnis dengan kita. Mereka akan berbisnis dengan kita jika kita senantiasa menawarkan apa yang mereka perlukan. Masalahnya, kebutuhan pemangku kepentingan selalu berubah, dan ini harus kita cermati terus agar kita ataupun produk yang kita tawarkan tetap dibutuhkan dan dicari.
“Project driven”
Setiap produk atau jasa yang kita tawarkan merupakan sebuah proyek yang perlu diselesaikan dengan baik: tepat waktu, tepat dana, tepat sasaran, tepat guna, dan maksimal keuntungan. Ketika satu proyek selesai, perlu dilanjutkan dengan proyek baru. Proyek baru ini bisa saja merupakan perbaikan, modifikasi dari proyek sebelumnya atau proyek yang baru sama sekali.
”Resources driven”
Sukses sulit diraih oleh satu orang saja ataupun satu jenis sumber daya (resources) saja. Tenaga, pikiran, keahlian ataupun sumber daya yang dimiliki orang tersebut terbatas apalagi untuk menghasilkan sesuatu yang spektakuler. Untuk itu diperlukan cara berpikir “cerdas” untuk memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal, dengan hasil yang optimal juga.
“Culture driven”
Dunia bisnis beroperasi di tengah masyarakat yang menjadi target pasarnya. Kegiatan operasi bisnis ini tidak bisa lepas dari pengaruh budaya (culture) masyarakat sasaran. Untuk itulah, semua pihak yang berkecimpung di industri ini, harus selalu berpikir dan bertindak cerdas untuk terus mengamati dan menindaklanjuti perubahan budaya yang terjadi di masyarakat yang menjadi target pasarnya. Umumnya, jika terjadi pergeseran budaya, akan terjadi pula pergeseran selera dan kebutuhan (selera dan kebutuhan inilah yang perlu dipuaskan).

“Think Smart: Bagaimana?”
Nah, sekarang kita sudah sadar bahwa berpikir cerdas itu penting untuk tetap eksis di dunia bisnis. Lalu bagaimana caranya?
“Think Positive”
Umumnya, jika kita menghadapi masalah, atau hambatan yang besar, kita cenderung cepat menyerah. Tetapi, dengan berpikir cerdas, kita akan terpacu untuk berpikir positif. Dari pada mengeluh “Aduh, masalahnya besar sekali” atau “Ampun, hambatannya kompleks sekali”, orang yang berpikir positif akan berpikir “Masalah memang besar, tetapi pasti bisa diatasi”, atau “Hambatan memang kompleks, tetapi pasti bisa dicarikan cara untuk menyederhanakannya sehingga lebih mudah untuk ditangani.” Dengan cara berpikir seperti ini, kita akan terpacu untuk mencari “jalan keluar”. Siapa yang mencari, dia akan mendapat. Jadi, jika kita memfokuskan tenaga, pikiran untuk mencari solusi, pasti solusi akan kita dapatkan.
“Collaborate”
Sukses akan lebih mudah diperoleh dengan bantuan orang lain. Dari pada mengandalkan kekuatan atau keunggulan sendiri yang pasti terbatas pada satu atau dua bidang saja, mengapa kita tidak berkolaborasi dengan orang-orang lain yang memiliki keunggulan di bidang-bidang yang tidak kita miliki. Misalnya: untuk membuat sebuah film box office, dari pada hanya mengandalkan satu nama besar seorang bintang film, hasilnya akan lebih baik, jika berkolaborasi juga dengan sutradara unggulan, penata artistik unggulan, film editor unggulan, dan artis dan aktor unggulan lainnya.
“Outsource”
Seringkali kita terlalu fokus pada “biaya rendah”, sehingga kita terdorong untuk melakukan semuanya sendirian walaupun bidang-bidang yang kita kerjakan tidak terlalu kita pahami, atau tidak terlalu kita kuasai. Dengan demikian, kita sering terjerumus pada kualitas rendah dan keuntungan rendah juga. Tetapi, jika kita mau memfokuskan perhatian, pikiran dan sumber daya pada apa yang bisa kita lakukan secara unggul dan meng-outsource kegiatan lain yang hanya bersifat menunjang saja, pasti pekerjaan kita akan lebih cepat, dan lebih baik hasilnya, serta tentunya mengundang lebih banyak orang untuk membelinya. Misalnya, keunggulan kita adalah sebagai penulis, maka kita bisa meng-outsource proses editing, dan pembuatan gambar dan ilustrasi buku yang kita tulis pada orang lain. Dengan demikian, kita bisa proses penerbitan buku bisa lebih cepat, dengan hasil yang lebih baik.
“Buy in”
Cara ini mirip dengan outsource. Namun, outsource lebih fokus pada proses produksi, sedangkan “buy in” fokusnya adalah pra atau pasca produksi. Artinya, kita tetap fokus melakukan keunggulan kita (di produksi), selebihnya kita beli dari orang lain yang telah terbukti memiliki keunggulan di bidang terkait dengan yang kita butuhkan sebagai penunjang. Misalnya: Dari pada seorang pelukis harus memproduksi sendiri cat minyak, kuas, ataupun kanvasnya, akan lebih baik jika dia fokus pada proses melukis saja, sedangkan cat minyak, kuas dan kanvasi bisa dibeli dari orang lain. Daripada sebuah perusahaan melakukan penelitian terhadap perilaku konsumen secara umum, atau selera konsumen umum di kota atau negara tertentu yang belum lama telah dilakukan oleh lembaga riset lain, akan lebih “smart” jika perusahaan tersebut membeli saja hasil risetnya yang terkait dengan apa yang diperlukan.
”Technology enhanced efforts”
Bagaimana caranya memberikan pengetahuan tentang berbagai produk baru pada 100 tenaga penjual yang tidak pernah berada di satu tempat secara bersamaan, karena mereka selalu bergerak di lapangan, dari satu tempat ke tempat lain, dari satu kota ke kota lain, bahkan dari satu negara ke negara lain? Jika harus dilakukan pelatihan secara tatap muka, dengan keterbatasan ruang pelatihan, tenaga pengajar, dan dana, pastilah proses sosialisasi ini akan makan waktu lama (jika satu kali training selama satu minggu, hanya bisa mengumpulkan 10 orang, maka untuk 100 orang akan diperlukan waktu 10 minggu atau 2,5 bulan). Begitu pelatihan 2,5 bulan selesai, ada produk baru lagi yang diluncurkan. Jika tenaga penjual dilatih terus, kapan mereka bisa melakukan tugas utamanya: menjual? Tentu saja hal ini memerlukan solusi cerdas dari cara berpikir cerdas. Solusinya adalah memanfaatkan fasilitas teknologi yang bisa mempercepat dan mempermudah penyampaian informasi kepada seluruh tenaga penjual secara “real time”, misalnya: melalui sarana telekomunikasi elektronik: teleconference, atau cara belajar baru, yaitu e-learning.
Berpikir cerdas memang penting dan perlu dicoba karena bisa mendorong kita untuk melakukan tindakan cerdas, sehingga kita bisa bekerja lebih sedikit dengan hasil yang lebih banyak dan profit yang lebih besar.

12 Bekal Dasar Berbisnis

Menjadi pengusaha sukses tentunya dambaan semua orang yang menekuni dunia usaha. Mencapai sukses harus melalui rintangan yang tidak ringan. Banyak di antaranya yang putus asa setelah gagal berulang kali dalam menekuni bisnisnya. Menjadi pengusaha memang tidak bisa hanya bermodal nekat. Siti Adiprigandari A Suprapto, staf pengajar MM UI enterpreneurship center menilai, seorang pengusaha harus memiliki beberapa dasar yang kuat agar bisa menghadapi tantangan dalam bisnisnya.
1. Semangat kerja. Mencintai apa yang dikerjakan sehingga membuatnya terus berkarya menghasilkan prestasi-prestasi baru tiada henti. Ketika menghadapi halangan atau kegagalan, tidak putus asa dan justru belajar dari kegagalan.
2. Seorang pengusaha harus memiliki impian. Impian merupakan wujud dari visi dan misi seseorang dalam berkarya. Dengan mimpi pikiran akan terfokus dan memudahkan mencapai apa yang diinginkan.
3. Tegas dalam mengambil keputusan. Menunda pekerjaan merupakan kerugian bagi pengusaha. Kecepatan dalam mengambil keputusan yang tepat merupakan kunci keberhasilan dan keputusan harus diterapkan secara konsisten agar hasil yang diharapkan bisa segera terwujud.
4. Dedikasikan seluruh tenaga, waktu, dan pikiran untuk pekerjaan. Kadangkala seseorang harus bekerja sedikitnya 13 jam sehari dan tujuh hari semingggu agar impiannya segera terwujud.
5. Rinci. Pengusaha harus bisa memperhatikan hal yang detail dari proses produksi usahanya dan tidak bersikap masa bodoh. Dengan demikian, ia bisa mengetahui kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya. Ia juga tidak mudah dibohongi bawahannya.
6. Tidak menggantungkan hidup pada nasib. Yang menentukan apa yang ingin Anda kerjakan dan hidup Anda tidak ditentukan oleh atasan melainkan diri sendiri adalah Anda sendiri.
7. Dana. Menjadi kaya bukan tujuan utama seorang wirausahawan. Uang hanya ukuran keberhasilan. Bila sukses uang akan datang dengan sendirinya.
8. Bagi-bagi. Kepemilikan usaha dibagikan kepada karyawan karena tanpa mereka bisnis tidak akan berjalan. Karena itu, karyawan harus diperhatikan agar ada rasa memiliki terhadap perusahaan.
9. Memiliki etika moral. Pengusaha sukses selalu memiliki moralitas yang baik dalam menjalankan bisnisnya. Moralitas ini menjadi penting karena berfungsi sebagai kendali diri agar tidak terjebak pada praktik bisnis yang menghalalkan segala cara.
10. Mampu belajar dan mendengarkan. Pengusaha harus terus belajar dan mendengarkan masukan dari orang lain, tidak bergantung pada bakat alam. Berbagai ajang diskusi seminar, sekolah, konferensi menjadi tempat baginya untuk terus mengasah pengetahuan di bidangnya.
11. Rencana bisnis. Seorang pengusaha selalu memiliki rencana bisnis yang akan dikembangkan. Penyusunan rencana bisnis ini penting sebagai arahan dalam mencapai tujuan perusahaan. Ketika menyusun rencana bisnis biasanya seorang pengusaha melibatkan konsultan bisnis profesional.
12. Hasil terbaik. Pengusaha sukses selalu ingin mencapai prestasi terbaiknya. Prestasi itu akan menjadi kepuasan tersendiri yang sulit diganti apa pun.

White Swan Online Store