Setiap orang kebanyakan memulai perjalanan hidupnya seperti hujan. Tetes-tetes air hujan itu kencang menghujam setiap hal yang ada di bumi. Hal itulah yang membuat kehidupan kita sering diwarnai dengan belajar, bekerja keras, semangat keras, dan penuh tenaga dalam menghadapi setiap masalah yang ada.
Namun diantara sekian banyak orang-orang yang menjalani kehidupan ini hanya sedikit saja yang bisa sampai puncak. Sisanya banyak orang yang terjebak dalam dunia keegoisan, penuh ambisi, dan mengambil jalan-jalan yang salah sehingga mereka menjadi kelompok tersendiri yang tidak mempunyai belas kasihan terhadap orang lain di sekitarnya.
Namun, air hujan manapun setelah menyatu dengan sungai mulai kehilangan sebagian sifat-sifat kerasnya. Aliran air sungai menghadiahkan kelembutan pada air hujan kendati di bagian-bagian tertentu masih keras dan ganas. Demikian juga dengan setiap orang yang berbaur dan hidup memasyarakat, lambat laun sifat keegoisan mereka pun akan luntur ketika melihat betapa kejamnya kehidupan ini bagi sebagian orang lain di sekitarnya.
Hanya persoalan waktu, air sungai akan sampai ke laut. Dan di laut seluruh kekerasan dan kelembutan itu melebur menjadi satu. Orang-orang yang bisa mengharmonisasikan kekerasan dan ketegasan seperti batu dengan kelembutan seperti air saat melayani orang lain akan sampai pada puncaknya.
Tempat lahir, agama, suku, memang boleh saja berbeda, namun ada yang selalu sama yaitu melakukan segala sesuatu dengan cinta, dan menerima hasilnya dengan keikhlasan. Bila penampilan luar kita mulai kehilangan daya tariknya, ada penampilan dari dalam (rasa syukur, rendah hati) yang muncul sebagai pengganti.
Itulah sebabnya mengapa laut tampak agung karena mensyukuri apa saja yang datang dan mengolahnya dengan cinta.
Apapun pekerjaan kita saat ini, beban hidup yang sedang kita panggul membuat hidup kita mengalir dengan indah. Saat kita menengok di sekeliling kita, masih banyak orang yang tergeletak di jalan tanpa rumah, mengais-ngais sampah demi sesuap nasi, sedangkan kita malah mengeluh, egois, dan tidak pernah puas akan apa yang sudah diberikan kepada kita.
Alirilah setiap jalan yang kita lalui dengan penuh cinta kasih, biarkan yang di dalam ini memancar keluar memberikan kesejukan kepada setiap insan. Cinta membuat semuanya berguna dan bermakna.
Disarikan Dari Ibunya Cinta, Ayahnya Keikhlasan
Gede Prama, Kompas 9 Agustus 2008
Namun diantara sekian banyak orang-orang yang menjalani kehidupan ini hanya sedikit saja yang bisa sampai puncak. Sisanya banyak orang yang terjebak dalam dunia keegoisan, penuh ambisi, dan mengambil jalan-jalan yang salah sehingga mereka menjadi kelompok tersendiri yang tidak mempunyai belas kasihan terhadap orang lain di sekitarnya.
Namun, air hujan manapun setelah menyatu dengan sungai mulai kehilangan sebagian sifat-sifat kerasnya. Aliran air sungai menghadiahkan kelembutan pada air hujan kendati di bagian-bagian tertentu masih keras dan ganas. Demikian juga dengan setiap orang yang berbaur dan hidup memasyarakat, lambat laun sifat keegoisan mereka pun akan luntur ketika melihat betapa kejamnya kehidupan ini bagi sebagian orang lain di sekitarnya.
Hanya persoalan waktu, air sungai akan sampai ke laut. Dan di laut seluruh kekerasan dan kelembutan itu melebur menjadi satu. Orang-orang yang bisa mengharmonisasikan kekerasan dan ketegasan seperti batu dengan kelembutan seperti air saat melayani orang lain akan sampai pada puncaknya.
Tempat lahir, agama, suku, memang boleh saja berbeda, namun ada yang selalu sama yaitu melakukan segala sesuatu dengan cinta, dan menerima hasilnya dengan keikhlasan. Bila penampilan luar kita mulai kehilangan daya tariknya, ada penampilan dari dalam (rasa syukur, rendah hati) yang muncul sebagai pengganti.
Itulah sebabnya mengapa laut tampak agung karena mensyukuri apa saja yang datang dan mengolahnya dengan cinta.
Apapun pekerjaan kita saat ini, beban hidup yang sedang kita panggul membuat hidup kita mengalir dengan indah. Saat kita menengok di sekeliling kita, masih banyak orang yang tergeletak di jalan tanpa rumah, mengais-ngais sampah demi sesuap nasi, sedangkan kita malah mengeluh, egois, dan tidak pernah puas akan apa yang sudah diberikan kepada kita.
Alirilah setiap jalan yang kita lalui dengan penuh cinta kasih, biarkan yang di dalam ini memancar keluar memberikan kesejukan kepada setiap insan. Cinta membuat semuanya berguna dan bermakna.
Disarikan Dari Ibunya Cinta, Ayahnya Keikhlasan
Gede Prama, Kompas 9 Agustus 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar