Ayo, Ramai-Ramai Bayar PBK: Pajak yang Menguntungkan
PBK? Pajak apalagi ini? Apakah ini merupakan jenis pajak baru yang ditetapkan oleh pemerintah? Bukankah pajak-pajak yang selama ini ada sudah cukup memusingkan kita? Mengapa ada pajak baru lagi yang harus kita bayar? Jangan marah dulu.
Pajak yang satu ini lain daripada yang lain. PBK merupakan pajak yang “menguntungkan” bagi si pembayar pajak. Mengapa bisa demikian? Simak yang berikut.
PBK? Pajak apalagi ini? Apakah ini merupakan jenis pajak baru yang ditetapkan oleh pemerintah? Bukankah pajak-pajak yang selama ini ada sudah cukup memusingkan kita? Mengapa ada pajak baru lagi yang harus kita bayar? Jangan marah dulu.
Pajak yang satu ini lain daripada yang lain. PBK merupakan pajak yang “menguntungkan” bagi si pembayar pajak. Mengapa bisa demikian? Simak yang berikut.
Apakah PBK Itu?
PBK adalah singkatan dari Pajak Benih Kekayaan. Pajak ini adalah pajak yang perlu dibayar oleh setiap orang yang ingin hidup sejahtera dan memiliki masa depan yang indah. Dr. David J. Schwartz dalam bukunya Berpikir dan Menjadi Sukses menuliskan bahwa orang kaya menjadi kaya karena membuat sebagian uangnya bekerja sehingga menghasilkan uang lebih banyak lagi. Bagaimana caranya? Dengan menyisihkan sebagian dari penghasilan kotornya untuk membangun masa depan yang indah.
Berapa besar PBK?
Berapa besar PBK yang harus disisihkan? Schwartz mengusulkan untuk menyisihkan 10% – 15% dari penghasilan kotor kita. Jadi seandainya penghasilan kita per bulan adalah Rp 5 juta, maka kita perlu menyisihkan Rp 500 ribu sebagai PBK. Jumlah ini merupakan jumlah minimum yang wajib dibayar per bulan untuk menjamin keuntungan di masa depan. Semakin besar tentunya akan semakin baik, tetapi tentunya harus disesuaikan dengan sikon (situasi dan kondisi) masing-masing orang. Namun, apa pun situasi dan kondisi yang kita hadapi, jumlah ini sebaiknya tidak dipotong lagi, misalnya karena kita ingin membeli mobil yang lebih baru, maka jumlah ini untuk sementara ditiadakan, atau kita ingin membeli baju baru maka, PBK bulan ini tidak dibayarkan, atau hanya dibayarkan sebagian saja.
Ke mana membayar PBK?
PBK merupakan benih untuk menumbuhkan pohon uang. Jadi, PBK perlu ditanamkan dan dipupuk untuk menghasilkan uang yang lebih banyak lagi. Ke mana kita harus menanamkannya? Banyak pilihan yang bisa kita pertimbangkan, antara lain: tabungan atau deposito di Bank, investasi dalam saham atau obligasi, investasi dalam real estate, investasi dalam pembelian asuransi ataupun investasi dalam sebuah kegiatan bisnis. Apa pun jenis investasi yang kita pilih, pastikan bahwa investasi tersebut bisa “menghasilkan” uang yang lebih banyak di masa depan. Yang penting, usahakan selalu ada PBK yang ditanamkan setiap bulannya.
Mengapa PBK Perlu Dibayar?
Mengapa PBK perlu dibayar? Apakah ini bisa menjamin masa depan yang sejahtera? Ada banyak jalan menuju Roma, ada banyak cara menuju masa depan yang sejahtera. Salah satunya yang telah dilakukan oleh “orang-orang kaya” sehingga membuat mereka menjadi lebih kaya lagi adalah membayar PBK.
Kemiskinan pangkal penderitaan. Banyak orang beranggapan bahwa “Money is the root of all evil (uang adalah akar dari segala kejahatan)”. Memang “uang” bisa membuat orang mabuk kepayang, sehingga lupa daratan dan melakukan berbagai kejahatan. Tetapi sebenarnya bukan “uang”nya yang salah, tetapi yang salah adalah orang di balik uang tersebut. Biasanya orang yang kekurangan uang untuk memenuhi kebutuhannya bersedia melakukan apa pun, termasuk kejahatan untuk mendapatkan uang. Kondisi “kekurangan uang” inilah yang memicu terjadinya kejahatan dan penderitaan. Tentunya kita tidak ingin menghabiskan sisa hidup dalam penderitaan, ataupun di balik bui. Untuk itulah, kita perlu membayar PBK secara teratur.
Kaya pangkal sejahtera.
Banyak aktor, aktris, seniman, olahragawan, presenter televisi, entertainer yang telah mencapai kekayaan luar biasa pada puncak kejayaan, ternyata harus hidup merana di masa tuanya. Mereka yang pernah hidup jaya dengan kekayaan melimpah harus hidup menderita menjelang masa tuanya. Mengapa demikian? Karena ketika mereka masih jaya, mereka tidak membayarkan PBK yang merupakan benih kekayaan masa depan. Mereka menghabiskan semua kekayaannya tanpa menyisihkan sebagian yang dapat ditanamkan untuk memberikan rasa aman di masa depan. Tentunya kita tidak mau berakhir seperti mereka: hidup miskin, tanpa adanya kebebasan keuangan, kesejahteraan dan kenyamanan. Jadi mulailah membayar PBK.
Semua orang bisa kaya.
Beberapa orang memang ditakdirkan untuk hidup dalam kelimpahan. Beberapa orang memang disuratkan untuk menjadi orang yang selalu beruntung. Ini merupakan kata-kata yang diucapkan oleh orang-orang yang menganggap dirinya kurang beruntung, atau hidupnya tidak dalam kelimpahan. Kenyataan, survey membuktikan bahwa banyak orang kaya yang berasal dari orang yang miskin. Banyak orang yang “beruntung” yang awalnya adalah orang yang kelihatannya kurang beruntung. Jadi, pada prinsipnya semua orang bisa menjadi kaya, asalkan mau secara disipilin menyisihkan penghasilannya untuk ditanamkan menjadi benih untuk menumbuhkan kekayaan di masa depan.
Bagaimana PBK Dapat Memberikan Hasil Optimal ?
Okay, jadi kita sudah sadar bahwa PBK memang perlu dibayarkan. Lalu, bagaimana caranya? Untuk mencukupi hidup sebulan saja, rasanya sudah sulit, apalagi harus menyisihkan sebagian uang (yang menurut kita masih kurang) untuk membayarkan PBK? Simak strategi Dr. David J Schwartz berikut.
Komitmen.
Lokasi, lokasi, lokasi. Ini merupakan prinsip bisnis yang sering kita dengar didengungkan dan diterapkan banyak orang. Lalu bagaimana dengan pembayaran PBK? Jawabannya adalah: Komitmen, komitmen, komitmen. Ya, tanpa komitmen, PBK akan sulit dibayarkan, dan lenyaplah kesempatan bagi kita untuk menikmati masa depan yang sejahtera. Setiap orang yang ingin menjadi kaya, perlu mempunyai komitmen diri untuk menanamkan benih kekayaan tersebut secara teratur. Jadi, miliki komitmen. Ini merupakan kunci dasar yang dapat membuka kesempatan untuk meraih kesejahteraan di masa depan.
Disiplin diri.
Disiplin diri.
Komitmen akan lebih mudah dijalankan jika kita memiliki disiplin diri. Disiplin bisa dibiasakan, atau dijadikan kebiasaan. Memang perlu perjuangan, tetapi di mana ada kemauan pasti di situ ada jalan. Pada mulanya mungkin akan terasa agak berat, apalagi dengan banyaknya godaan (hujan iklan yang menggiurkan, tawaran pembelian mudah dengan kredit, rasa diri yang perlu dipermak dengan tampilan yang “wah”) untuk membuat kita mengeluarkan uang yang sebenarnya tidak perlu dikeluarkan. Jika kita bisa membayar pajak penghasilan, pajak penjualan dan pajak-pajak lainnya yang diwajibkan oleh pemerintah, maka kita juga seharusnya bisa membayar pajak PBK.
Perlakukan PBK sebagai pajak yang memang wajib dibayar, seperti pajak-pajak lain yang diwajibkan pemerintah tersebut. Secara otomatis, sisihkan penghasilan kotor kita tiap bulan untuk PBK, dan segera masukkan ke “deposito masa depan”, apa pun itu bentuknya (tabungan, deposito, asuransi, investasi saham, real estate, dsb.).
Perlakukan PBK sebagai pajak yang memang wajib dibayar, seperti pajak-pajak lain yang diwajibkan pemerintah tersebut. Secara otomatis, sisihkan penghasilan kotor kita tiap bulan untuk PBK, dan segera masukkan ke “deposito masa depan”, apa pun itu bentuknya (tabungan, deposito, asuransi, investasi saham, real estate, dsb.).
Hidup cukup. Selain komitmen dan disiplin, kita perlu belajar untuk hidup “cukup”, tidak berlebihan. Ini bukan berarti kita harus hidup ‘menderita’ demi kesejahteraan masa depan, sehingga memilih hidup dengan sangat sederhana. Misalnya, jika kita tiap tahun memerlukan liburan, tetaplah jalankan liburan tersebut.
Tetapi, kita perlu memikirkan, apakah liburan yang Rp 10 juta bisa kita sederhanakan menjadi liburan Rp 5 juta dengan kepuasan yang sama? Jika, kita perlu pergi ke salon setiap bulannya. Kita perlu meninjau kembali apakah biaya salon yang Rp 500,000 per bulan bisa kita hemat menjadi separuhnya dengan hasil dan manfaat yang sama (cari salon lain yang menawarkan jasa serupa dengan manfaat yang sama)? Atau mungkin kita bisa belajar untuk melakukan beberapa keperluan salon di rumah (creambath, atau blow rambut untuk keperluan pesta?). Jika kita perlu membeli komputer atau laptop, kita perlu memikirkan apakah kita memang perlu membeli laptop seharga Rp 20 juta dengan kredit, atau kita bisa membeli laptop dengan harga yang lebih terjangkau namun memiliki fasilitas yang benar-benar kita perlukan? Prinsip yang perlu diingat adalah: hidup cukup, tak berlebih.
Gunakan utang dengan cerdik.
Apakah kita boleh berutang? Jawabannya bukanlah “boleh” atau “tidak boleh”, tetapi “perlu” atau “tidak perlu”. Sepanjang tidak diperlukan, sebaiknya hindari utang. Tetapi, jika memang diperlukan, pastikan kita bisa menggunakan utang dengan cerdik. Maksudnya adalah pinjaman yang digunakan untuk menghasilkan uang yang lebih banyak dari pinjaman (utang ) itu sendiri (Misalnya: investasi real estate yang bisa dijual lagi dengan harga yang lebih tinggi dari utang dan bunga pinjaman yang perlu dibayar). Utang yang bodoh adalah utang jangka pendek yang digunakan untuk membeli barang yang dibayarkan dengan cicilan jangka panjang (Misalnya: menggunakan kartu kredit untuk membeli kamera digital, televisi, membayar liburan). Jadi, jika kita memerlukan uang untuk belanja sesuatu yang konsumptif, sedapat mungkin, hindari utang.
Jika kita ingin memiliki masa depan yang nyaman dan sejahtera, kita perlu mulai membayar PBK. Memang tidak mudah, tetapi rasanya hasilnya sangat positif. Jadi, bagaimana kalau kita ramai-ramai mulai mencoba untuk membayar PBK bulan ini? Dengan komitmen, disiplin, hidup cukup, dan menggunakan utang dengan cerdik, mudah-mudahan kita bisa bertemu lagi di masa depan dalam kondisi hidup yang minimal berkecukupan, atau mungkin juga berkelimpahan. Seandainya tiap warga negara sudah bisa hidup sejahtera, negara kita bisa bebas dari utang. Amin. Ayo kita coba?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar