Satu jam saja. Ini memang mirip nama lagu yang pernah menjadi hit beberapa waktu yang lalu. Tetapi, ”Satu jam saja” yang akan dibahas kali ini menyangkut waktu yang kita perlukan untuk membuat hidup lebih berarti. Apa yang dapat kita lakukan dalam satu jam? Jeffrey J. Fox, dalam bukunya How To Become CEO mengusulkan agar pembaca bukunya menyisihkan satu jam setiap hari untuk berpikir.
Mengapa Perlu Berpikir ?
Ada banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dengan ”berpikir’, tiga di antaranya yang terpenting adalah:
#1 Mengisi ”bahan bakar”
Jika kita mengendarai mobil, suatu waktu kita perlu mampir ke pompa bensin untuk mengisi bahan bakar. Jika hal ini tidak kita lakukan, maka pada suatu saat mobil akan mogok karena kehabisan bahan bakar. Demikian pula dengan kita. Jika kita bekerja terus tanpa menyediakan waktu untuk berhenti sejenak mengisi bahan bakar (mencari ide baru—strategi baru, inovasi baru, metode baru), maka suatu saat kita akan berhenti beraktivitas karena kita tidak tahu lagi apa yang harus kita kerjakan; pikiran kita yang menjadi motor penggerak aktivitas kita sudah tumpul, tak berdaya.
#2 Membersihkan ”kotoran”
Selain isi bensin, mobil juga perlu ganti oli agar mesin tetap dapat berfungsi dengan baik. Oli yang kotor dan telah mengental dapat menyebabkan penyumbatan dan kerusakan mesin. Oli kotor ini perlu diganti dengan oli yang baru. Ilustrasi ini berlaku pula pada pikiran kita. Kita perlu berhenti sejenak untuk membersihkan diri dari pikiran-pikiran kotor (misalnya: kedengkian, keraguan, kecemasan, keputusasaan) yang dapat menjadi penghambat kita untuk maju.Pikiran kotor ini perlu senantiasa diganti dengan pikiran positif yang memiliki kekuatan ampuh untuk melancarkan jalannya mesin sukses kita.
#3 Mengasah ”ketajaman”
Isi bahan bakar dan ganti oli pada mesin mobil belumlah lengkap. Kedua hal ini perlu dilengkapi juga dengan ”tune up” yang dilakukan secara berkala agar mobil tetap bisa melaju dengan lancar. Pikiran pun perlu di- ”tune up” agar ketajamannya tetap terjaga. Dengan pikiran yang tajam, akan lebih mudah bagi kita untuk mendeteksi masalah, mengidentifikasi solusi, dan memformulasi strategi untuk mengatasi masalah tersebut. Pikiran yang tajam juga akan lebih memudahkan kita untuk melihat ataupun menciptakan kesempatan sukses, serta mengubah tantangan menjadi kesempatan.
Apa yang Perlu Dipikirkan ?
Sekarang kita percaya bahwa menyediakan waktu untuk berpikir memang penting. Lalu, apa yang perlu kita pikirkan dalam waktu satu jam tersebut? Pada prinsipnya ada beberapa kegiatan berpikir yang perlu kita lakukan: Mencari ide/inspirasi, melakukan evaluasi, belajar, dan melakukan perencanaan.
#1 Mencari dan Menuliskan Ide
Kita perlu senantiasa mengisi ”Tanki Pikiran” kita dengan ide-ide yang memberi energi baru untuk bertindak. Ide baru bisa kita dapatkan dari berbagai sumber: diskusi dengan orang lain, artikel yang kita baca, program yang kita lihat, film yang kita tonton, atau sekedar ide-ide dan inspirasi yang datang ketika kita sedang merenung. Ide-ide ini perlu kita tuliskan pada sebuah buku. Penulis buku How To Become CEO mengusulkan agar kita menyediakan Buku Ide untuk menuliskan ide-ide yang muncul di benak kita. Secara periodik kita perlu me-review ide-ide yang sudah dituliskan, memilih yang paling relevan untuk lebih mendekatkan kita pada ”mimpi” yang ingin kita raih. Kita juga perlu secara berkala untuk menambah ide-ide baru dalam daftar di Buku Ide kita tersebut. Buku Ide ini bisa sangat bermanfaat bagi kita ketika kita harus memikirkan suatu solusi, atau mengusulkan suatu ide baru. Pada kondisi tersebut, kita tinggal membuka Buku Ide dan mencari ide yang paling mendekati apa yang kita butuhkan (karena bisa saja ide ini masih perlu dimodifikasi, atau dari ide ini kita mendapat inspirasi untuk melakukan hal-hal lain yang lebih baik).
#2 Melakukan Evaluasi
Kegagalan, perbedaan pendapat, perselisihan, kesulitan seringkali ”mengotori” pikiran kita, sehingga jika kita biarkan terus akan menggerogoti semangat juang untuk sukses. Dengan melakukan evaluasi, kita bisa mendeteksi ”pikiran kotor” yang perlu kita singkirkan dan kita ganti dengan ”pikiran positif” yang memiliki kekuatan dahsyat untuk mengubah mimpi menjadi kenyataan. Dalam mengevaluasi, minimum ada dua pertanyaan penting yang bisa kita ajukan.
Pertama: Hal-hal apa yang telah saya lakukan dengan baik? Pasti ada hal-hal baik yang kita lakukan hari ini, misalnya: membantu orang lain (teman kantor, atasan, bawahan, nasabah), menyelesaikan pekerjaan dengan lebih cepat, menyelesaikan pekerjaan dengan kualitas yang lebih baik dari yang diharapkan? Lalu, bagaimana hal ini bisa saya pertahankan, atau saya tingkatkan lagi kualitasnya (dengan metode yang sama, dengan memodifikasi metode yang ada, atau mencoba metode baru).
Pertanyaan kedua: Kesalahan atau kegagalan apa yang telah saya lakukan hari ini? Selain kesuksesan, bisa saja hari ini kita melakukan sesuatu yang di bawah harapan kita, misalnya: terlambat menyelesaikan pekerjaan, melakukan kesalahan dalam pekerjaan, membuat nasabah marah. Kesalahan biasanya menimbulkan dampak yang kurang menyenangkan. Untuk itu kita perlu memikirkan apa yang perlu dilakukan untuk meminimumkan dampak negatif yang timbul dan memperbaiki kesalahan yang terjadi. Agar kesalahan ini tidak terjadi lagi, kita juga perlu mencari tahu penyebabnya dan memikirkan cara-cara baru/langkah-langkah preventif untuk menghindari terjadinya kesalahan yang sama.
#3 Melakukan Pembelajaran
“No learning, no glory.” Tanpa pembelajaran, tak akan ada kesuksesan. Orang yang sukses adalah orang-orang yang tidak takut untuk mencoba sesuatu yang baru. Dalam proses mencoba tersebut, mereka belajar sesuatu yang baru. Ketika mencoba sesuatu yang baru, mungkin saja mereka tidak langsung sukses, tetapi mengalami beberapa kali kegagalan sebelum akhirnya mereka belajar cara yang tepat untuk melakukannya. Mereka juga bisa belajar dari pengalaman orang lain (kegagalan orang lain, kesuksesan orang lain, percobaan yang dilakukan orang lain). Setelah meraih satu sukses pun mereka tetap tidak berhenti belajar. Mereka belajar hal baru lagi untuk meraih sukses baru. Jadi, pembelajaran ini tidak pernah berhenti. Ketika kita sibuk melakukan suatu pekerjaan, kita sering lupa untuk berhenti sejenak guna melakukan pembelajaran. Banyak alasan yang kita kemukakan: tak ada waktu, tak sempat, tak perlu. Padahal dengan ”satu jam” belajar, bisa saja kita menemukan bahwa arah kegiatan kita sudah melenceng dan perlu diluruskan; atau kita bisa belajar sesuatu yang baru yang bisa mempercepat atau meningkatkan kualitas pekerjaan kita.
#4 Melakukan Perencanaan
Ide, hasil evaluasi, dan hasil pembelajaran perlu diramu dalam satu rencana strategis untuk meraih masa depan yang lebih baik. Perencanaan penting untuk menindak-lanjuti ide yang telah dirumuskan ataupun pembelajaran yang kita dapatkan dari hasil evaluasi ataupun kegiatan ”belajar” agar hasilnya menjadi lebih optimal. Seperti biasanya, perencanaan perlu disusun berdasarkan prioritas (dari yang terpenting sampai yang kurang penting), dan waktu (mana yang harus diselesaikan lebih dulu, berapa lama waktu yang perlu dialokasikan untuk menyelesaikan hal tersebut). Lebih baik lagi jika kita bisa menyusun Rencana B, yaitu antisipasi yang bisa kita pikirkan jika kita mengalami hambatan untuk mewujudkan Rencana A (rencana awal yang kita susun). Perencanaan juga bisa dilakukan dengan pendekatan ”skenario”. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam ”skenario” ini bisa kita tetapkan. Misalnya, kita bisa menyusun rencana berdasarkan skenario kondisi optimistis, pesimistis, atau standar. Jadi, kita tidak akan kaget lagi jika ternyata kondisi yang terjadi tidak seperti skenario A, tapi lebih mendekati skenario B.
Kapan dan di Mana Melakukan Kegiatan ”Berpikir” ?
Kapan dan di mana kita bisa ”berpikir” secara khusus selama satu jam? Kita bisa menentukan sendiri waktu dan tempat yang paling pas untuk kita. Yang penting untuk dipertimbangkan adalah waktu dan tempat yang memungkinkan kita menyi3wsihkan satu jam dengan gangguan ataupun interupsi yang paling minimum.
Kapan?
Orang yang lebih bisa berpikir jernih di pagi hari, bisa mencoba melakukannya pagi-pagi sekali setelah berdoa, dan sebelum melakukan kegiatan lain. Bagi ”orang malam”, sore hari setelah selesai kerja atau bahkan malam hari sebelum tidur bisa dijadikan alternatif pilihan.
Di Mana ?
Sedangkan untuk tempat yang tepat, Jeffrey J. Fox mengusulkan untuk mencoba melakukannya di rumah, atau di tempat lain di luar kantor. Menurut Fox, jika kita melakukannya di kantor, kita mungkin akan menemukan lebih banyak gangguan/interupsi. Fox juga mengingatkan untuk tidak melakukannya ketika sedang mengemudi kendaraan (karena akan mengganggu konsentrasi mengemudi dan membahayakan lalu lintas).
Mungkin sekarang kita sudah bisa mulai mencoba untuk menyisihkan satu jam saja dari waktu kita dalam satu hari untuk melakukan kegiatan berpikir ‘khusus’ untuk mengisi pikiran kita dengan ide-ide baru, mengganti pikiran buruk dengan pikiran yang positif, mengasah pikiran dengan pembelajaran, dan menindaklanjuti ide-ide serta pembelajaran yang telah kita dapatkan dengan membuat perencanaan strategis guna meraih sukses.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar