White Swan Online Store

Selasa, 01 September 2009

7 Tipe Hati Pemimpin

Paulus Bambang W.S., mantan direktur PT Astra Graphia yang sekarang menjabat sebagai vice president director PT United Tractors Tbk, punya gagasan menarik soal hati dan karakter pemimpin.
Dalam buku bertajuk Lead to Bless Leader (Mei, 2009), yang dihadiahkannya kepada komunitas pemimpin di Indonesia, ia memaparkan hasil pengamatannya tentang tujuh karakter dan hati pemimpin. Ketujuh karakter ini sangat memengaruhi gaya kepemimpinan dan perlakuan seorang pemimpin terhadap karyawan.

#1 Pemimpin Berhati Penjajah
Dia memosisikan karyawan sebagai budak tanpa nilai dan hak. Memberi pekerjaan kepada karyawan dianggap sebagai kebaikan hati yang tak terbalaskan. Dia menganggap dirinya raja besar sehingga pantas untuk menerima loyalitas absolut dari karyawan, termasuk kehidupan pribadi mereka. Dalam konteks karyawan sebagai sumber daya, dia menganggap karyawan adalah daya, bukan sumber daya, apalagi manusia.

#2 Pemimpin Berhati Penyamun
Dia memosisikan karyawan sebagai buruh yang hanya memiliki sedikit hak tetapi menanggung segudang kewajiban. Hak karyawan diberi dalam konteks normatif minimal. Kewajiban dituntut secara posesif maksimal. Karyawan dianggap sebagai daya dengan sedikit sumber yang mudah dicari penggantinya.

#3 Pemimpin Berhati Pengawas
Dia memosisikan karyawan sebagai sumber daya, disamping modal finansial dan mesin, yang cukup penting untuk merealisasikan hasil produksi barang dan jasa. Dia harus dikelola secara cermat dan diberi program pelatihan dan pengembangan agar menjadi sumber daya dengan kualitas tinggi.

#4 Pemimpin Berhati Petani
Dia memosisikan karyawan sebagai sumber daya manusia. Dia menyeimbangkan antara kebutuhan karyawan sebagai sumber daya dan sebagai manusia. Dia juga memikirkan aspek kebutuhan manusia yang amat berbeda dengan sumber daya nonmanusia.

#5 Pemimpin Berhati Penggembala
Dia sudah memiliki kecenderungan pada sisi manusia, bukan pada sisi sumber daya. Dia menganggap karyawan sebagai makhluk hidup sesama ciptaan Tuhan yang patut diberdayakan sesuai dengan kodrat ilahinya.

#6 Pemimpin Berhati Pelayan
Dia justru melihat karyawan sebagai subjek yang perlu dilayani; bukan subjek yang harus melayani pemimpinnya. Dia melihat struktur organisasi sebagai piramida terbalik, yang menganggap pimpinan harus mendukung karyawan agar mampu berprestasi sebaiknya untuk melayani pelanggan dan pemangku kepentingan lainnya. Prinsip segitiga terbalik inilah yang membuat sisi kemanusiaan karyawan menjadi lebih bermakna, dia sebagai pekerja, anggota keluarga dan masyarakat yang harus dipenuhi kebutuhannya secara simultan.

#7 Pemimpin Berhati Parent atau Orangtua
Dia melihat karyawan sebagai anak yang harus dibesarkan, dididik, dan dikembangkan agar dapat mewarisi kepiawaian yang dimilikinya, dan kursi kepemimpinan yang didudukinya saat ini. Karyawan tidak diperlakukan sebagai orang lain, tetapi sebagai anggota keluarga yang harus dibina secara harmonis dengan memperlihatkan unsur perasaan yang jauh lebih mendalam dari sekadar intelektual. Secara lebih menyeluruh, Paulus Bambang mencoba memberikan gambaran mengenai sosok tujuh karakter pemimpin sesuai dengan hati mereka masing-masing.

Dia menyorotinya dari lima aspek penting: fokus pada sumber daya manusia; cara pandang terhadap hak bawahan; pola instruksi; penghargaan atas kinerja karyawan; dan bagaimana terminasi hubungan alias pemutusan hubungan kerja. Hasil pengamatan di atas menarik.
Pertama, karena pengamatnya adalah seorang praktisi yang berkecimpung secara tungkus lumus di bidang bisnis dan aktif dalam organisasi sosial keagamaan. Pengalaman lebih dari 25 tahun bekerja dari posisi bawah sampai ke posisi puncak organisasi, tentu memberi bobot terhadap pengamatan tersebut.
Kedua, karena Paulus Bambang berkiprah di sebuah konglomerasi yang acapkali masuk dalam jajaran organisasi terbaik negeri ini. Astra Graphia dan United Tractors Tbk, kita tahu, merupakan bagian dari kelompok besar Astra International yang sejak awal perintisannya oleh William Soerdjajaya sangat menekankan pentingnya budaya yang bertumpu pada nilai-nilai luhur.
Ketiga, karena hasil pengamatan itu selintas saja dapat kita rasakan "kebenarannya", dalam arti memang ada pemimpin-pemimpin yang menunjukkan karakter seperti penjajah, penyamun, dan pengawas.
Sejumlah kasus perseteruan antara manajemen puncak perusahaan dan organisasi serikat buruh tertentu-mengenai upah minimum regional, misalnya-membuktikan bagaimana pandangan dasar pengusaha (pemimpin) terhadap hak-hak dasar pekerja.
Keempat, karena hasil pengamatan itu merupakan gagasan anak bangsa sendiri. Bukan hasil kutipan dari studi yang menggunakan kaca mata dunia Barat yang konteks budaya dan nilai-nilainya tidak selalu cocok dengan negeri ini.
Kelima, karena pengamatan tersebut segera saja menyadarkan kita bahwa di negeri yang sudah merdeka selama 64 tahun ini, lebih mudah menemukan contoh pemimpin berhati penjajah, penyamun, dan pengawas, ketimbang pemimpin berhati petani, penggembala, pelayan, apalagi parent atau Ayah.
Mudah-mudahan segera datang pemimpin-pemimpin baru yang telah mengalahkan hasrat penjajah, penyamun, dan pengawas dalam dirinya, dan berhasil membangun karakter-karakter yang lebih baik, sebagai petani, penggembala, pelayan, dan parent atau ayah. Salam Merdeka!
Bukankah lebih indah memberi dari pada menerima… Be blessed n be greatful to you all.
Disadur dari : Andrias Harefa, Penggagas Visi Indonesia 2045

Tidak ada komentar:

White Swan Online Store