White Swan Online Store

Rabu, 28 November 2007

Jawara #3 : Sang Pembangun (The Builder)

Ada dua sifat ekstrem pada Sang Pembangun (The Builder). Pertama, yang bersikap instant (The Instant Builder), cepat membangun sesuatu agar segera dapat menikmati hasilnya. Kedua, yang bersikap intent (The Intent Builder). The Intent (berasal dari bahasa Latin, intendere, yang berarti sangat memperhatikan plan dan purpose, dengan konsentrasi dan upaya penuh) ini memperhatikan langkah demi langkah agar bangunnya sesuai dengan mimpi dan desain yang sudah dipikirkan secara matang.

Tipe 1 : The Instant Builder
Bagi seorang sastrawan, The Instant Builder (Pembangun Cepat Saji, PCS) bak mendirikan rumah di atas pasir dengan fondasi seadanya. Ia menggunakan bahan yang mudah dibangun dan hanya memperlihatkan keindahan eksterior (pandangan publik), tanpa mengindahkan kekuatan interior (pandangan karyawan dan kemantapan proses bisnisnya).
PCS umumnya bersikap meniru. Kalau tren bisnis properti sedang cerah, ia segera merumuskan proyek properti dengan mimpi dan desain seadanya. Sewaktu bisnis internet sedang "in", seperti 1999-2000, mendadak ia dirikan lima perusahaan berbasis internet. Kala harga batu bara meningkat tiga kali dalam tiga tahun terakhir, ia sibuk mencari konsesi kuasa pertambangan.
PCS hanya punya satu tujuan: cepat realisasikan agar segera menikmati kondisi "bubble". Ia tak berpikir apakah memiliki kompetensi atau tidak. Fokusnya hanya menggunakan kesempatan jangka pendek, bukan untuk jangka panjang. Segera setelah mendapat keuntungan, bisnisnya akan dijual ke pengusaha lain. Keuntungan dan arus kas jangka pendek menjadi economic driver-nya.
Dalam pengamatan saya, tipe ini mendominasi banyak pengusaha karbitan. Seseorang yang baru loncat dari profesional menjadi pengusaha banyak yang di-"drive" oleh sikap ini. Kalau ada turbulensi ekonomi dan tsunami bisnis, bangunannya cepat roboh dan nyaris tanpa bekas. Bisnisnya hanya seumur jagung. Atau, kalau bertahan pun kinerjanya begitu-begitu saja.

Tipe 2 : The Intent Builder,
Tipe ini mirip orang yang mendirikan rumah di atas batu karang (building on the rock). Pembangun Build to Last (PB2L) ini sangat memperhatikan fondasi bangunannya. Ia ingin bangunannya kuat, tak lekang oleh umur dan badai dahsyat. Motivasinya bukan cuma keuntungan, tetapi juga kesejahteraan masyarakat dalam arti luas. James C. Collins dan Jerry I. Porras mendefinisikan PB2L sebagai "It is about building something that is worthy of lasting - about building a company of such intrinsic excellence that the world would lose something important if that organization ceased to exist".
Kredo PB2L adalah: "Why on earth would I settle for creating something mediocre that does little more than make money, when I can create something outstanding that makes a lasting contribution as well?". Ada tiga ciri PB2L.
Pertama, membangun dari mimpi dan ide BESAR, merancang dengan TELITI, dan mulai dari fondasi yang TERSULIT. PB2L menggali tanah sampai menemukan the real bed rock untuk fondasi bisnisnya. Bed rock bagi industri manufaktur adalah inovasi dan pengembangan produk. Bagi industri jasa, selain inovasi dan pengembangan jasa, juga service attitude dari segenap karyawan merupakan sikap yang tak boleh kompromi. Bagi industri pertanian dan perkebunan, penguasaan teknologi benih, teknologi tanam, dan pascapanen adalah mutlak. Bagi industri distribusi, ia harus memiliki perjanjian yang kuat dengan manufaktur, jaringan fisik, dan pelanggan.
Menggali, menemukan, memoles, dan mempertahankan bed rock merupakan tugas utama PB2L, tak bisa didelegasikan. Ini harus diupayakan secara konsisten sehingga didapat "the strongest position to lay the business at". Ini eksplorasi dan pembangunan fondasi "business game and drivers" yang di atasnya akan dibangun kompetensi operasional lanjutan.
Kedua, setelah menemukan fondasi, pembangunan struktur di atasnya, yang merupakan Core Competence, harus diawasi sampai ke proses yang sekecil-kecilnya, tanpa mengabaikan hal kecil yang dapat membahayakan di kemudian hari, dan harus tuntas sebelum melangkah ke proses selanjutnya (The Dot Core). Pembangunan Core (inti kompetensi dan pengembangan SDM) ini harus dengan ketelitian maksimum, tuntas tanpa ada kesalahan yang diketahui sampai saat itu--meski tak mungkin manusia membangun secara sempurna. Pembangunan Core harus diawasi sesempurna mungkin dengan kondisi teknologi, pengetahuan, dan keuangan yang ada saat itu.
The Dot Core bagi industri distribusi adalah supply chain logistics dari pabrikan ke pelanggan. Bagi industri pertambangan, proses operasi dari Pit (tempat penambangan) ke Port (pelabuhan) harus dalam kondisi prima. Bagi industri kertas dan kayu lapis, ketersediaan bahan baku dan pencemaran lingkungan penting untuk diawasi. Bagi industri TI, delivery dan implementasi harus terus ditingkatkan.
Ketiga, sambil membangun internal perusahaan, ia juga membangun hubungan bisnis yang kuat dengan pihak luar, yang bisa dijadikan jangkar pertumbuhan di masa mendatang (The Anchor Points). Anchor tenants, consumers, dan customers harus diikat kuat lewat pemilahan produk dan pelayanan yang berbeda dengan pelanggan biasa. Pembangunan segmentasi pelanggan, segmentasi pelayanan, dan pola operasi yang customized terhadap target market menjadi amat penting. Demikian pula pemasok jangkar, distributor jangkar, dan peritel harus dibenahi satu per satu agar mereka menjadi kuat, sehingga bisa berbisnis dengan perusahaan.
Dua tipe pembangun ini selalu ada dalam setiap manusia. PCS merupakan pengejawantahan dari sikap kedagingan yang lemah apabila melihat ada kesempatan yang diduga hanya sekali terjadi (flesh driven attitude). Sementara itu, PB2L adalah manifestasi sikap kejiwaan yang lebih tenang dengan wawasan jangka panjang dan lebih mantap (spirit driven attitude). Itu sebabnya jawara ini saya simbolkan dengan YELLOW LAMP (Lampu Kuning) atau YELLOW bIRD (Burung Kuning). Artinya, kerja keras, pintar, dan pantang menyerah, tetapi masih mempertahankan aspek kehati-hatian yang terkalkulasi dengan baik.
Lampu kuning berarti jangan terlalu lambat (bisa ketinggalan kereta dan kesempatan karena paralyzed by analysis dan ketidak-beranian menghadapi risiko). Namun, lampu kuning juga bisa berarti harus segera melambatkan diri atau hancur akibat terlalu cepat dan instan. Ini adalah keseimbangan sikap kedagingan dan kejiwaan. Sayangnya, banyak yang terperangkap dengan sikap kedagingan, sehingga tak menghasilkan karya nyata yang "built to last". Roh memang penurut, tetapi tubuh sering lemah.

Tidak ada komentar:

White Swan Online Store