“Mengapa Anda ingin jadi pilot?” tanya si pewawancara.
“Pilot merupakan pekerjaan yang menyenangkan, memperhatikan panel kemudi yang serba elektronis, dan mengarahkan pesawat ke tempat tujuan dengan selamat. Kala menghadapi turbulensi, saya akan mencoba tetap tenang dan melakukan manuver dan tindakan agar pesawat tetap aman,” papar si calon, makin bersemangat.
“Anda tahu apa yang kami cari?” kali ini si pewawancara menginterupsi pembicaraan.
“Perusahaan ini sedang mencari kader pilot,” jawabnya dengan pasti.
“Maaf, Anda kurang cermat. Kami membutuhkan seorang kapten, bukan hanya seorang pilot,” tukas si pewawancara.
Dialog imajiner itu mengandung makna yang sangat dalam. Dalam berbagai hal, pelanggan tidak mampu membedakan antara seorang kapten dan pilot. Bahkan, ironisnya, kalau dilakukan survei, banyak pelanggan akan mengatakan bahwa seorang yang berada di belakang kemudi pesawat sebagai pilot. Artinya, tak ubahnya seperti seorang sopir taksi atau pengemudi becak, bajaj, dan bemo. Padahal, jelas sekali dalam pengumuman “Ladies and gentlemen, this is your captain’s speaking ....” Lantas, apa bedanya?
Seorang pilot hanya memikirkan teknis pengendalian kemudi pesawat. Ia harus tahu ke mana harus terbang, jam berapa harus take off, dan memacu pesawat sesuai ketinggian dan kecepatan yang tertera dalam panduan. Pokoknya, seorang pengendali teknis. Sedangkan seorang kapten adalah pemimpin dalam proses penerbangan tersebut. Ia bukan hanya bertanggung jawab atas kemudi teknis saja, tetapi seluruh pelayanan, logistik, dan kondisi awak pesawat dalam melayani pelanggan. Ia tak ubahnya CEO sebuah perusahaan dalam melayani pelanggan di sebuah penerbangan. Misalnya, Singapore Airlines selalu mencari "kapten" dan bukan pilot. Seorang kapten adalah pemimpin. Ia harus tahu seluruh aspek penerbangan agar pelanggan puas, bukan hanya aspek teknis pesawatnya saja.
Nah, ini yang membedakan dua tipe Sang Pelaksana sebagai jawara ke-7 dari seri kepemimpinan ini. Ada pelaksana yang bertipe seorang pilot saja dan ada yang berfungsi sebagai kapten.
Fokus pada tujuan yang telah dicanangkan pemegang saham dicermatinya dengan saksama. Hasil kuartal ke kuartal menjadi pijakannya. Harga saham di bursa efek tak pernah luput dari perhatiannya. Setiap masuk kantor di pagi hari, langkah utama dan pertama yang dilakukannya adalah memonitor hasil Balanced Score Card yang sudah computerized dan real time untuk seluruh sendi bisnisnya. Siang hari digunakan untuk memantau indikator ekonomi, seperti suku bunga, pergerakan kurs, dan berbagai metrik ekonomi makro lainnya. Sore hari menu utamanya adalah mencermati penjualan harian, arus kas harian, dan penutupan harga saham.
Kalau ada masalah ketenagakerjaan yang berhubungan dengan kepuasan karyawan, motivasi dan program pengembangan kompetensi selalu diukur dengan sebuah jurus sakti: cost and benefit analysis secara tangible. Pokoknya, perhatian pelaksana jenis ini hanya tiga hal penting, yakni money, money, and money.
Tipe 2 : Pelaksana sebagai Kapten
Pelaksana yang bertipe kapten berpolah tingkah sebaliknya. Ia sadar bahwa tugasnya adalah membawa semua resources yang ia miliki untuk memberikan hasil yang paling optimal. Ia sangat memperhatikan kesiapan resources, apalagi SDM. Tak hanya angka metrik, tetapi semangat seluruh tim dalam melakukan perjalanan menjadi fokus perhatiannya.
Seorang kapten tentu tak memimpikan bisa mengubah arah tujuan penerbangan, atau berkreasi seperti pemimpi melakukan perubahan business model. Fokus dia adalah doing the right things right. Ini berarti juga membuat para awak dan pelanggan bersemangat dalam menikmati penerbangan itu. Tak sekadar sampai ke tujuan.
Tiga hal yang menjadi key elements bagi seorang pelaksana yang bertipe kapten.
- Expectation Management. Ia mampu merumuskan target yang dibebankan kepadanya dengan gamblang ke seluruh jajaran karyawan. Ia seorang komunikator ulung. Membuat yang rumit jadi mudah. Karyawan sampai level terendah bisa merasakan denyut nadi perusahaan ini dengan jelas. “Everybody should know where we are going”, ini mottonya. Ini secara konsep manajemen dikenal dengan Expectation Management. Sebuah kemampuan memanajemeni harapan karena seluruh perangkat organisasi tahu hendak dibawa ke mana arah perjalanan mereka.
- Energy Management. Ia mampu merumuskan kebutuhan seluruh sumber daya (resources) agar target dan sasarannya dapat dicapai. Ia mampu memilih dan memilah plus dan minus poin pada seluruh tatanan sumber daya yang ada. Ia memperhatikan sistem, struktur, staffing sesuai dengan strategi dan sasaran yang telah dicanangkan. Ini yang dikenal dengan Energy Management. Artinya, ia mampu mengelola energy level dari seluruh perangkat organisasi yang tinggi dan meluap-luap dalam mencapai sasaran. Di sini yang penting bukanlah kuantitas sumber dayanya, melainkan kualitas dan motivasi dalam memberi yang terbaik.
- Excitement Management. Ia mampu mengelola perjalanan seluruh resources (poin kedua) dalam mencapai target dan sasaran yang ingin dicapai (poin pertama) dengan menimbulkan excitement sepanjang perjalanan. Ia gemar melakukan celebration kala tolok ukur kecil tercapai. Ia membuat segala sesuatunya menjadi nyaman dan menyenangkan. Excitement Management terus diupayakan sampai ke level pekerja terendah, bisa dalam bentuk insentif kejutan karena target produksi tercapai minggu tersebut, atau undangan dinner for two bagi karyawan penjualan yang bulan itu menghasilkan ide terbaik.
Tiga siklus expectation, energy, dan excitement ini diputar terus-menerus. Seorang pelaksana yang bertipe kapten tahu mana simpul yang harus ditekan dan mana yang harus diurai.
Oleh karena dua tipe ini, yaitu pilot dan kapten selalu ada bagai yin dan yang, maka saya gambarkan Sang Pelaksana ini dengan warna sutra ungu (ULTRAVIOLET SILK). Ini menggambarkan keagungan sekaligus warna kematian dan duka. Kalau ia mampu menjadi kapten, itu berarti sutra ungu lambang kemaharajaan. Sebaliknya, apabila ia berperilaku seorang pilot, walau tuntutannya seorang kapten, ia akan mengibarkan simbol kedukaan dan kematian. Anda pilot atau kapten?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar